JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, penularan virus corona masih terjadi hingga pekan terakhir November 2020. Hal ini terlihat dari adanya penambahan kasus Covid-19, sebanyak lebih dari 4.000 pasien baru pada Selasa (24/11/2020).
Satgas mencatat ada 4.192 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Sehingga, total kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 506.302 kasus, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.
Adapun 4.192 kasus baru Covid-19 diketahui berdasarkan pemeriksaan terhadap 39.971 spesimen dalam sehari. Dalam periode yang sama, diketahui ada 27.768 orang yang diambil sampelnya untuk menjalani pemeriksaan spesimen.
Hingga 24 November, pemerintah sudah sudah melakukan pemeriksaan 5.420.591 spesimen terhadap 3.608.244 orang yang diambil sampelnya. Satu orang bisa menjalani pemeriksaan spesimen lebih dari satu kali.
Kasus Covid-19 saat ini sudah tercatat di semua provinsi di Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Secara khusus, ada 505 kabupaten/kota di 34 provinsi yang terdampak penularan virus corona.
Artinya, pandemi Covid-19 sudah memberiman dampak di lebih dari 98 persen wilayah Indonesia.
Selain itu, tercatat pula lima provinsi dengan penambahan kasus baru tertinggi. Lima provinsi itu yakni DKI Jakarta (1.015 kasus baru), Jawa Tengah (928 kasus baru), Jawa Timur (354 kasus baru), Jawa Barat (299 kasus baru) dan Banten (144 kasus baru).
Pasien sembuh dan meninggal
Dalam 24 jam terakhir, ada penambahan 2.927 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh dan tidak lagi terinfeksi virus corona. Pasien dinyatakan sembuh berdasarkan pemeriksaan dengan metode polymerase chain reaction (PCR) yang memperlihatkan hasil negatif virus corona.
Dengan demikian, total pasien Covid-19 yang sembuh totalnya berjumlah 425.313 orang sejak awal pandemi.
Namun, kabar duka masih berlanjut dengan adanya penambahan pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Pada periode 23-24 November 2020, ada 109 pasien Covid-19 yang tutup usia.
Sehingga, angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia kini mencapai 16.111 orang. Dengan data tersebut, kasus aktif Covid-19 saat ini tercatat sebanyak 64.878 orang.
Selain kasus aktif, pemerintah juga mencatat ada 64.414 orang yang sekarang berstatus suspek.
Kasus mingguan naik 3,9 persen
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengumumkan kenaikan kasus Covid-19 sebesar 3,9 persen pada pekan lalu (15-21 November) dibandingkan pekan sebelumnya.
Hal itu disampaikan Wiku dalam keterangannya di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (24/11/2020).
“Pada pekan ini di level nasional terjadi kenaikan kasus 3,9 persen dibanding pekan sebelumnya,” kata Wiku.
Kenaikan tersebut disumbang oleh lima provinsi yakni DKI Jakarta dengan kenaikan 1.937 kasus, Riau denhgan kenaikan 1.166 kasus, Jawa Timur dengan kenaikan 736 kasus, DI Yogayakarta dengan kenaikan 338 kasus, dan Sulawesi Tengah dengan kenaikan 245 kasus.
Wiku meminta kepala daerah di lima provinsi tersebut kembali mendisplinkan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan. Bahkan Wiku menilai, perlu diambil langkah serius untuk menekan penambahan kasus Covid-19.
“Saya mohon perhatian dengan sangat untuk pemda kelima provinsi ini untuk mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi peningkatan kasus karena ini sudah sangat serius," kata Wiku.
RS alami kenaikan pasien Covid-19
Wiku juga mengingatkan bahwa penularan Covid-19 di Indonesia saat ini masih tinggi. Kondisi itu terlihat dari meningkatnya keterisian tempat tidur di rumah sakit di sejumlah provinsi.
“Saya sampaikan saat ini terjadi peningkatan tren pasien yang masuk rawat jalan IGD dan juga rawat inap dibandingkan periode sebelum libur panjang. Peningkatan ini kemudian berdampak pada ketersediaan tempat tidur di berbagai rumah sakit di berbagai daerah,” kata Wiku.
Ia mencontohkan Provinsi Banten yang rumah sakit rujukan Covid-nya mengalami peningkatan keterisian tempat tidur. Saat ini, sudah mencapai 97 persen untuk ruang ICU atau 115 tempat tidur yang terisi.
Adapun untuk ruang isolasi biasa tingkat keterisiannya mencapai 80 persen atau 1.413 tempat tidur yang terisi.
Sementara, rumah sakit rujukan Covid-19 di DKI Jakarta sudah terisi 69,57 persen untuk ruang ICU. Untuk tempat tidur di ruang isolasi biasa tingkat keterisiannya mencapai 71,61 persen.
Selanjutnya, di Jawa Barat, tempat tidur untuk ruang ICU-nya sudah terisi 73,45 persen. Sementara itu, tingkat keterisian tempat tidur di ruang isolasinya sebesar 79,62 persen.
Kemudian, di Jawa Tengah, tingkat keterisian tempat tidur untuk ruang ICU mencapai 80 persen, sedangkan tingkat keterisian tempat tidur untuk ruang isolasi biasa mencapai 77,4 persen.
Jawa Timur juga mencatatkan peningkatan tingkat keterisian tempat tidur bagi pasien Covid-19.
Saat ini, tingkat keterisian tempat tidur untuk ruang ICU di Jawa Timur mencapai 54,86 persen, sedangkan untuk ruang isolasi tingkat keterisian tempat tidurnya mencapai 57,43 persen.
“Dari sejumlah provinsi tersebut pemakaian tempat tidur ICU dan isolasi yang sudah di atas 70 persen berada di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah,” ucap Wiku.
“Berkaca dari situasi ini maka hal ini menunjukkan masih tingginya penularan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu saya meminta kepada masyarakat untuk terus secara disiplin menjalankan protokol kesehatan,” kata dia.
Libur panjang akhir tahun dikaji
Perkembangan kondisi terakhir membuat pemerintah mengkaji pemangkasan libur panjang akhir tahun.
Wiku menyebut, libur akhir tahun berpotensi meningkatkan kasus Covid-19 dua hingga tiga kali lipat dibanding libur panjang di akhir Oktober.
Sebab jika tak ada pemangkasan, libur akhir tahun memiliki durasi waktu yang lebih lama dibandingkan dengan libur panjang pada akhir Oktober.
Hal tersebut akan membuat masyarakat berlibur ke tempat wisata lebih lama sehingga kerumunan massa yang dihasilkan juga lebih besar.
“Perlu diingat masa libur panjang akhir tahun 2020 memiliki durasi yang lebih panjang dan dikhawatirkan berpotensi menjadi manifestasi perkembangan kasus menjadi dua bahkan tiga kali lipat lebih besar dari masa libur panjang sebelumnya,” kata Wiku.
Ia mengatakan, masyarakat cenderung kurang disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan saat berlibur. Alhasil, kasus Covid-19 melonjak dengan tidak disiplinnya masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.
Ia meyakini pemerintah akan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya lonjakan kasus Covid-19 usai libur panjang akhir tahun.
Untuk itu saat ini, pemerintah telah mengkaji pemberlakukan libur panjang akhir tahun beserta dampak turunannya.
“Pemerintah saat ini sedang mengkaji periode masa libur panjang akhir tahun, karena berdasarkan analisa setiap liburan panjang pada masa pandemi memakan korban,” ucap Wiku.
“Pada prinsipnya apapun keputusan yang diambil pemerintah maka keputusan ini selalu mengutamakan keselamatan masyarakat Indonesia di tengah pandemi Covid-19,” tutur dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/11/25/06032521/506302-kasus-covid-19-di-indonesia-tingginya-angka-penularan-jelang-libur