"Hal itu dilakukan guna menekan kasus penyebaran Covid-19," kata Wiku dalam konferensi pers virtual di Media Center Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Selasa (20/10/2020)
Namun, jika mendesak harus keluar rumah, Wiku mengingatkan agar masyarakat menegakkan protokol kesehatan.
Adapun protokol kesehatan yang dimaksud Wiku yakni memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan pakai sabun di air mengalir.
Wiku mengatakan seperti itu karena tidak ingin terjadi kenaikan jumlah kasus positif Covid-19 akibat adanya libur panjang, seperti pada periode libur Idul Fitri 2020.
Saat itu, akibat adanya libur panjang terjadi kenaikan jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan positif Covid-19.
"Kenaikannya sekitar 69 persen sampai 93 persen sejak hari libur lebaran dengan rentang waktu 10 hari sampai 14 hari," kata Wiku
Menurut Wiku, hal serupa juga terjadi saat libur panjang Kamis (20/08/2020) hingga Minggu (23/08/2020).
"Kenaikan jumlah kasus hariannya sebanyak 58 persen hingga 118 persen sejak libur panjang pekan ketiga bulan Agustus 2020 dengan rentang waktu 10 hari sampai 14 hari," jelasnya.
Wiku menambahkan, saat libur panjang itu terjadi pula angka kenaikan absolut pada tes dengan hasil positif mencapai 3,9 persen dalam dua minggu di tingkat nasional.
Peran perusahaan cegah karyawan berpergian
Oleh karenanya, guna mencegah bertambahnya kasus, Wiku mendorong agar perkantoran dan perusahaan melakukan antisipatif bagi karyawan yang hendak berpergian.
"Perusahaan diimbau untuk meminta karyawan melaporkan ke kantor, terutama yang pergi ke zona oranye dan merah," imbuh Wiku seperti dimuat dalam covid19.go.id, Rabu (21/10/2020).
Selain itu, Wiku mengimbau perusahaan mendorong karyawannya menjalani isolasi mandiri jika mengalami gejala demam, gangguan pernafasan, atau hilang indera perasa dan penciuman setelah libur panjang.
Dalam acara itu, Wiku juga menunjukkan hasil studi tahun 2020 Effect of Human Mobility Restriction on The Spread of Covid-19 in Shenzhen China Modelling Study Using Mobile Phone Data.
"Berdasarkan data tersebut, pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 20 persen dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 33 persen," ujar Wiku.
Tak hanya itu, Wiku mengungkapkan, pengurangan mobilitas dapat pula menunda kemunculan puncak kasus selama dua minggu.
"Pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 40 persen dapat melandaikan kurva kasus 66 persen dan menunda kemunculan puncak kasus selama empat minggu," sambungnya.
Bahkan, menurut Wiku, pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 60 persen dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 91 persen.
Di samping itu, menurut Wiku, pengurangan mobilitas sebanyak 60 persen juga dapat menunda kemunculan puncak kasus selama empat belas minggu.
Hal itu, kata Wiku, seperti ditunjukkan berdasarkan studi pada 2020 yakni, Stay at Home Works to Fight Again Covid-19 International Evidance from Google Mobility .
Studi itu manyatakan dari 130 negara tercatat ada 1 persen peningkatan masyarakat berdiam di rumah. Meski kecil namun ternyata angka 1 persen ini akan mengurangi 70 kasus dan 7 kematian mingguan.
"1 persen pengurangan mobilitas masyarakat menggunakan transportasi umum di terminal, stasiun, dan bandara akan mengurangi 33 kasus dan 4 kematian mingguan," sambungnya.
Sementara itu, lanjut Wiku, sebanyak 1 persen pengurangan kunjungan masyarakat ke ritel dan tempat rekreasi juga mengurangi 25 kasus dan 3 kematian mingguan.
Lebih lanjut, Wiku menuturkan, apabila terjadi 1 persen kunjungan ke tempat kerja akan mengurangi 18 kasus dan 2 kematian mingguan.
"Bisa dibayangkan berapa banyak nyawa yang bisa dilindungi dan selamatkan dengan pengurangan kunjungan tadi," kata Wiku.
https://nasional.kompas.com/read/2020/10/21/12381721/tekan-penyebaran-covid-19-masyarakat-diminta-tak-bepergian-saat-libur