Sebab, metode tersebut sudah mendapat rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Alat ini bisa digunakan sesuai rekomendasi WHO menggantikan rapid test antibodi," kata Wiku dalam keterangan pers dari Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (29/9/2020).
Spesimen rapid test antigen ini adalah usapan di bagian pangkal tenggorokan dan hidung.
Wiku menyebut hasil dari rapid test antigen bisa keluar dalam beberapa menit.
Hasilnya juga lebih akurat dibanding rapid test antibodi yang menggunakan spesimen darah.
"Sehingga fungsi skrining yang bisa dilakukan dengan rapid test tersebut menjadi lebih efektif," kata dia.
Kendati demikian, Wiku menegaskan metode swab antigen ini hanya untuk metode screening.
Artinya, orang yang hasil tesnya reaktif harus tetap melakukan tes swab atau usap dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR).
Adapun sampai saat ini, Wiku mengakui bahwa angka tes usap secara nasional masih belum mencapai standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang mematok 1 orang per 1.000 penduduk per pekan.
Namun ia menyebut sudah ada lima provinsi yang melampaui standar tersebut, yakni DKI Jakarta, Sumatera Barat, Bali, Sulawesi Selatan dan Papua.
Ia mendorong daerah lain juga bisa terus menggencarkan testing untuk bisa memenuhi standar WHO.
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/29/21201041/satgas-covid-19-swab-antigen-bisa-gantikan-rapid-test-antibodi