Salin Artikel

6 Bulan Pandemi Covid-19: Hoaks dan Teori Konspirasi yang Memperparah Penanganan...

Selama itu, jumlah kasus Covid-19 terus mengalami peningkatan. Sejumlah berita bohong atau hoaks terkait Covid-19 juga masih bermunculan.

Menangani pandemi Covid-19 tak terlepas dari penanganan terhadap hoaks tersebut.

Apalagi, mengingat derasnya arus informasi di tengah era digital seperti saat ini. Bila tak hati-hati, seseorang dapat menjadi korban hoaks.

Dari pemberitaan Kompas.com pada 5 Agustus 2020, Kementerian Komunikasi dan Informatika mendeteksi 1.016 isu hoaks terkait Covid-19 yang tersebar di 1.912 platform.

Sementara, berdasarkan catatan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), sejak akhir Januari-September 2020, terdapat sekitar 600 hoaks terkait Covid-19 yang telah mereka luruskan atau klarifikasi.

Dari jumlah tersebut, Mafindo mencatat sekitar 20 persen di antaranya merupakan hoaks seputar isu pencegahan dan pengobatan Covid-19.

"Narasi-narasi yang terkait pencegahan dan pengobatan ini sepertinya banyak muncul di tengah masyarakat kita yang memang cenderung mudah percaya dengan narasi-narasi yang berbasis testimony based," kata Ketua Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (3/9/2020).

Selain itu, Mafindo juga menyoroti maraknya hoaks terkait vaksin Covid-19 belakangan ini.

Hoaks terkait vaksin Covid-19 yang beredar misalnya disertai dengan narasi bahwa vaksin justru memicu bahaya atau narasi bahwa vaksin dapat memperparah serangan terhadap orang yang menderita demam berdarah dengue (DBD).

Sayangnya, Septiaji nenilai, hoaks terkait vaksin tersebut belum mendapat banyak respons oleh pemerintah.

Teori Konspirasi

Selain hoaks, isu yang menyebut bahwa pandemi Covid-19 adalah konspirasi juga beredar di ruang publik dan dipercaya oleh segelintir masyarakat.

Padahal, 26,52 juta orang di dunia telah terinfeksi virus corona. Data dari laman Johns Hopkins Coronavirus Resource Center  pada Sabtu (5/9/2020) pagi menunjukkan, 873.131 orang di antaranya meninggal dunia.

Di Indonesia sendiri, hingga Jumat (4/9/2020), terdapat 187.537 orang dinyatakan positif Covid-19. Sementara, 134.181 orang telah sembuh dan 7.832 orang meninggal.

Sejumlah teori yang ramai diperbincangkan misalnya, terkait kebocoran laboratorium biologi di China, pengembangan senjata biologis, target penanaman cip di dalam tubuh, dan lain sebagainya.

Melansir pemberitaan Kompas.com pada 8 Agustus 2020, ilmuwan menegaskan bahwa pandemi bukan sebuah konspirasi.

"Epidemi dan pandemi itu bukanlah suatu konspirasi," kata peneliti Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Neni Nurainy dalam diskusi daring bertajuk Webinar SISJ-ALMI: Vaksin Covid-19 di Indonesia, Sabtu (8/8/2020).

Menurut Neni, masyarakat seharusnya menyadari dan membuka pikiran bahwa tak semua hal dikaitkan dengan konspirasi.

Pengaruh selebritas

Salah satu orang yang memercayai Covid-19 sebagai konspirasi adalah musisi I Gede Ari Astina alias Jerinx.

Penggebuk drum di grup band Superman Is Dead tersebut juga kerap kali menyuarakan hal tersebut melalui media sosialnya.

Jerinx kini tersandung kasus hukum dan ditahan setelah menyebut Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai kacung WHO.

Selain Jerinx, nama figur publik yang turut menjadi sorotan adalah penyanyi Erdian Aji Prihartanto alias Anji.

Anji menjadi perbincangan setelah videonya dengan Hadi Pranoto, yang mengklaim telah menemukan obat Covid-19, viral di media sosial.

Hadi mengklaim bahwa dirinya adalah profesor atau ahli mikrobiologi. Ia juga mengaku sebagai seorang kepala Tim Riset Formula Antibodi Covid-19.

Dalam video berjudul "Bisa Kembali Normal?Obat Covid-19 Sudah Ditemukan!!" itu, Hadi Pranoto mengklaim berhasil menemukan antibodi Covid-19, yang bisa mencegah dan menyembuhkan pasien terinfeksi.

Hadi Pranoto juga mengklaim antibodi Covid-19 berbahan herbal itu telah disalurkan di wilayah Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan.

Belakangan, video itu menuai kontroversi dan dihapus oleh YouTube.

Menanggapi klaim obat Covid-19 tersebut, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito angkat bicara.

Wiku mengingatkan figur publik agar berhati-hati dalam menyampaikan informasi seputar Covid-19.

"Sekali lagi saya ingatkan, para peneliti dan figur publik untuk perlu berhati-hati dalam menyampaikan berita kepada masyarakat," ujar Wiku dalam konferensi pers di Graha BNPB yang ditayangkan secara daring, Selasa (4/8/2020).

"Jangan sampai masyarakat yang sedang panik mencari jalan keluar sehingga memahami suatu hal secara tidak utuh dan tidak benar," lanjut dia.

Perparah penanganan Covid-19

Maraknya informasi yang belum dipastikan kebenarannya terkait Covid-19 dinilai mempersulit penanganan pandemi.

"Jadi hoaks dan teori konspirasi ini sangat, sangat, memperparah upaya penanganan pandemi menurut pandangan kami," kata Ketua Presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho.

Ia menilai, berbagai hoaks terkait Covid-19 berdampak pada perilaku masyarakat.

Septiaji mengatakan, hoaks dan teori konspirasi dengan narasi bahwa pandemi hanya rekayasa menurunkan tingkat kepedulian publik sehingga menurunkan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan.

Selain itu, hoaks dan teori konspirasi juga dinilai membuat masyarakat curiga dengan tenaga medis maupun rumah sakit.

"Kita lihat ada beberapa kejadian penarikan jenazah paksa dari rumah sakit yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak percaya bahwa jenazah itu positif Covid," ujarnya.

"Ataupun dia menganggap bahwa ini adalah akal-akalan rumah sakit dan tenaga kesehatan untuk mendapatkan insentif atau uang," kata dia.

Dampak lainnya dari hoaks atau teori konspirasi terkait Covid-19 menurut Mafindo adalah intimidasi terhadap tenaga medis yang memberikan edukasi.

Septiaji mengatakan, intimidasi tersebut terjadi baik secara langsung maupun di media sosial.

Apa yang Harus Dilakukan?

Untuk mengatasi masalah tersebut, Mafindo menilai perlu adanya literasi digital bagi masyarakat. Septiaji menyarankan kegiatan sosialisasi sebuah teknik membaca di ranah digital yang disebut sebagai lateral reading.

"Itu namanya teknik lateral reading, jadi teknik untuk membaca informasi di ranah digital dengan melakukan verifikasi dan sekaligus membaca secara paralel dari beberapa sumber," ucap Septiaji.

Selain itu, ia juga menilai perlu adanya edukasi dalam jangka panjang. Mafindo menyarankan keterlibatan para tokoh masyarakat maupun pemuka agama sebagai agen pemberi informasi, serta peran media massa, khususnya media siber.

Sementara, untuk penegakan hukum, Septiaji berpendapat langkah itu perlu dilakukan, tetapi menjadi upaya terakhir.

"Kalau kita mau meninggalkan hoaks dan teori konspirasi, maka kita semua harus kompak bahwa hoaks dan teori konspirasi ini kita yakini bisa merusak upaya penanganan pandemi," tutur Septiaji.

https://nasional.kompas.com/read/2020/09/05/09090921/6-bulan-pandemi-covid-19-hoaks-dan-teori-konspirasi-yang-memperparah

Terkini Lainnya

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke