Salin Artikel

Berbahagia, yang Tak Boleh Hilang Saat Idul Fitri di Tengah Pandemi...

Setelah rapat kelar, Didi jadi was-was. Dia langsung ingat keluarga di rumah.

Itu karena di ruangan rapat, bos tempatnya bekerja mengumumkan kebijakan yang bikin hati Didi tak enak.

"Gaji saya dipotong, sampai 40 persen. Dampak pandemi," kata Didi bercerita kepada Kompas.com, akhir pekan lalu.

Tak cuma gaji, tunjangan yang biasa didapat setiap bulan pun tak ada lagi. Beruntung, THR masih dibagikan.

Didi sedih. Apalagi, Lebaran sebentar lagi. Dia terbayang raut muka sang istri yang pastinya juga bakal getir.

"Tak tahu bulan depan gajian atau enggak," lanjutnya.

Didi bekerja di perusahaan wedding organizer atau vendor penyelenggara pernikahan sebagai event manager.

Menurut sarjana komunikasi ini, ada delapan rencana resepsi pernikahan yang ditunda karena pandemi. Penundaan membuat pemasukan perusahaan jadi tak menentu.

Padahal, dalam kondisi normal, perusahaan tempatnya bekerja sangat sehat dan bisa menghidupi banyak karyawan.

Dalam perjalanan pulang, Didi bertekad harus mencari pemasukan lain buat keluarga.

Lalu setelah bicara bersama istri, dia memutuskan untuk berjualan makanan secara online.

"Sampai hari ini pemasukannya belum menyamai gaji normal saya," kata Didi.

"Tapi alhamdulillah, untuk makan sehari-hari bisa dari jualan itu," lanjutnya.

Dengan kondisi saat ini, bapak tiga anak ini mengaku masih bingung dari mana dia bisa mendapatkan uang untuk membayar tagihan. 

Belum lagi, dia harus membayar biaya sekolah anaknya yang sulung dan kedua yang duduk di bangku sekolah dasar (SD). 

"Bayaran sekolah anak juga agak berat, bulan ini belum bayar. Yang bikin saya tak paham, mengapa bayaran sekolah harus full, padahal anak-anak belajar di rumah," ujar Didi.

Pada Hari Lebaran, Didi dan istri berupaya menutupi kegundahannya di depan anak-anak.

"Mereka tak perlu tahu," ujarnya.

Bagi Didi, Lebaran tahun ini bakal diingatnya seumur hidup. Itu karena banyak kabar pahit yang dia terima.

Selain gaji yang dipotong, tahun ini juga Lebaran pertama tanpa ayah. Sang ayah meninggal beberapa bulan lalu.

Tahun ini, Didi juga tak bagi-bagi THR untuk keponakan. Selain itu, jatah baju baru anak juga berkurang. Semuanya akibat kondisi yang tak pasti. Didi memilih untuk menyimpan uangnya. 

Namun, di balik segala kesedihan itu, Didi masih bersyukur.

"Kami sekeluarga sehat," ujarnya.

Warga Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, ini pun masih bisa bertemu ibundanya karena jarak tempat tinggal yang relatif dekat.

"Begitulah, apapun yang terjadi Lebaran memang bikin kita bahagia, meski tak se-happy kalau kondisi normal. Yang paling penting syukuri apapun kondisinya," kata dia.

Dia berharap Idul Fitri tahun depan, dunia sudah kembali normal. Agar umat Islam bisa menikmati Lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya.

Alasan utamanya, Mira khawatir membawa virus corona dan menulari orangtua.

"Ya sisanya, ingin memutus rantai penyebaran," kata perempuan yang bekerja sebagai konsultan itu saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (25/5/2020).

Mira bercerita, selama ini dia banyak berkegiatan di wilayah yang sudah terpapar Covid-19 di Jakarta.

Karena itu, Mira selalu menganggap bisa jadi dirinya adalah pembawa virus.

"Apalagi di akhir Februari dan awal Maret (tanggal 2 Maret Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia), saya banyak meeting ke mana-mana," kata dia.

Dan selama diberlakukan bekerja dari rumah atau work from home (WFH), Mira pun masih harus ke kantor sesekali.

"Makanya saya menganggap diri saya carrier dan tak pulang ke Bandung for protecting people I care most," ujarnya.

Mira selama ini sendirian tinggal di apartemen. Tak bisa mudik karena pandemi membuatnya sedih.

"Baru berasa sepi menjelang Lebaran ini," ujar dia.

Biasanya, lanjut dia, setiap Lebaran semua keluarga berkumpul di Bandung dan memasak bersama di malam Takbiran.

Kesedihannya memuncak di Hari Lebaran. Tahun ini, tak ada sungkeman yang sudah jadi tradisi keluarganya.

Untuk menghibur diri, Mira berlebaran di rumah sepupunya di Bintaro, Tangerang Selatan. Kebetulan saudaranya itu juga memutuskan tak pulang ke Bandung.

Dia pun hanya menghubungi orang tuanya lewat panggilan video. Sungkeman dilakukan secara virtual. 

Menurut Mira, kondisi ini harus dihadapi, mau tak mau. Mira berusaha untuk berdamai dengan hati dan situasi. 

Baginya, Lebaran tetap Lebaran, harus disyukuri sebagai hari kemenangan, apapun kondisinya.

"Sedih berlarut malah justru menambah keterpurukan dan penyakit," tukasnya.

Mira pun tak mau membayangkan apa yang terjadi pada Lebaran tahun depan. Dia cuma berharap Indonesia dan dunia bisa menghadapi pandemi dan mengalahkannya.

"Kita lewatin pandemi ini dulu aja bareng-bareng. Enggak bisa ngomongin tahun depan kalau virus ini masih terus tersebar," ujarnya.

Didi dan Mira adalah dua dari banyak umat Muslim di dunia yang harus merayakan Lebaran tak seperti biasa. Namun, mereka tetap bahagia, tetap merayakan Lebaran dengan gembira.

Seperti kata lagu Idul Fitri ciptaan Ismail Marzuki,

"Setelah berpuasa satu bulan lamanya
Berzakat fitrah menurut perintah agama
Kini kita ber-Idul Fitri berbahagia
Mari kita berlebaran bersuka gembira...."

https://nasional.kompas.com/read/2020/05/25/17465671/berbahagia-yang-tak-boleh-hilang-saat-idul-fitri-di-tengah-pandemi

Terkini Lainnya

Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Nasional
Saat 'Food Estate' Jegal Kementan Raih 'WTP', Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Saat "Food Estate" Jegal Kementan Raih "WTP", Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Nasional
Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Nasional
Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Nasional
Nasib Pilkada

Nasib Pilkada

Nasional
Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke