Ke-20 alat itu terdiri dari dua jenis, yaitu ekstraktor otomatis RNA dan detektor PCR.
Alat ini didatangkan oleh Kementerian BUMN pada Sabtu (5/4/2020) kemarin.
"Ada dua buah automatic RNA untuk ekstraktor. Biasanya di Indonesia itu ada yang manual, ada yang matic juga," kata Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga, saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu (8/4/2020).
"Kemudian kami juga menyiapkan ada 18 buah namanya light cycle yaitu untuk detektor PCR," lanjutnya.
Arya mengatakan, ekstraktor otomatis RNA mampu digunakan untuk mengetes 1000 spesimen per hari. Sedangkan detektor PCR kapasitasnya mencapai 500 tes per hari.
Dengan kapasitas tersebut, diharapkan setiap harinya dapat dilakukan 9.000 hingga 10.000 tes.
Dengan kecepatan tersebut, dalam sebulan ada 300.000 spesimen yang sudah melakukan tes corona.
"Sehingga ini bisa mengejar orang yang bisa dites," ujar Arya.
Arya mengatakan, alat ini secepatnya akan disebar di sejumlah provinsi di Indonesia.
Mulai dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, hingga Papua.
"Untuk yang di Jakarta mudah-mudahan minggu depan sudah bisa diinstal karena ini secara teknikal membutuhkan sebuah proses pembangunan yang cukup harus terjaga," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/08/12254071/ini-2-alat-deteksi-corona-yang-diklaim-bisa-mengetes-10000-spesimen-per-hari