Salin Artikel

Mencermati Tes Covid-19, Uji Spesimen yang Sedikit hingga Tingkat Positif yang Tinggi

Sorotan utamanya mengenai spesimen yang diperiksa pemerintah. Ada sejumlah poin yang disorot terkait data yang dimiliki Kementerian Kesehatan.

Data itu menjadi rujukan bagi Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto dalam mengumumkan perkembangan harian kasus Covid-19.

Pertama, mengenai jumlah total spesimen yang diperiksa. Sejak pemeriksaan spesimen pertama pada 31 Desember 2019 hingga Rabu (1/4/2020) pukul 17.00 WIB, total ada 7.193 spesimen yang diperisa. Data itu diunggah situs Kemenkes hingga Jumat (3/4/2020) dinihari.

Dari total spesimen itu diketahui ada 5.516 yang hasilnya negatif, termasuk 188 orang ABK kru kapal World Dream dan 68 orang ABK Diamond Princess. Kemudian sisanya, yaitu 1.677 kasus diketahui sebagai pasien yang positif virus corona.

Jumlah total 1.677 kasus positif itu kemudian diumumkan Achmad Yurianto pada Rabu (1/4/2020).

Adapun, total 7.193 spesimen yang diperiksa itu kemungkinan bertambah. Sebab, Yurianto pada Kamis  (2/4/2020) mengumumkan ada 1.790 kasus positif.

Indonesia menggunakan tes Covid-19 dengan metode polymerase chain reaction (PCR) untuk menghitung kasus positif yang ada. Jadi, hasil tes massal dengan rapid test tidak dalam hitungan data Kemenkes.

Namun, jumlah total spesimen yang diperiksa tentu masih sangat jauh dibandingkan dengan negara lain.

Sebagai perbandingan, jika Indonesia sudah menguji 7.193 spesimen, maka Malaysia hingga 2 April 2020 telah mencatat ada 45,378 tes yang dilakukan. Negeri Jiran itu mencatat jumlah kasus positif sebanyak 3,116 atau positivity rate sebesar 6,8 persen.

Jika dibandingkan dengan Korea Selatan, tentu lebih jauh tertinggal. Sebab, Negeri Ginseng itu hingga 2 April 2020 telah melakukan 431,743 tes sejak 3 Januari 2020. Korsel mencatat 9,976 kasus positif atau positivity rate sebesar 2,3 persen.

Sampel per hari

Jumlah sampel per hari yang diperiksa Kemenkes Indonesia juga menjadi sorotan. Dari 38 laboratorium yang ada di Indonesia, jumlah spesimen yang diuji terbilang tidak banyak, sekitar 100 hingga 500.

Sejumlah netizen di Twitter juga menyoroti positivity rate yang mencapai 100 persen dalam beberapa hari. Artinya, jika ada 100 spesimen yang diuji, maka hasilnya ada 100 kasus positif Covid-19.

Situs resmi Kemenkes hanya menampilkan total jumlah spesimen yang terus bertambah setiap harinya.

Sehingga untuk mengetahui berapa spesimen yang diperiksa per hari, harus dilakukan secara mandiri dengan mengurangkan antara jumlah terbaru dengan jumlah total spesimen yang dipantau pada hari sebelumnya.

Dari penelusuran, tercatat perkembangan pemeriksaan harian spesimen sebagai berikut:

- Hingga 27 Maret: terdapat 5.775 orang yang diperiksa

- Hingga 28 Maret: terdapat 6.266 orang yang diperiksa

- Hingga 29 Maret: terdapat 6.534 orang yang diperiksa

- Hingga 30 Maret: terdapat 6.663 orang yang diperiksa

- Hingga 31 Maret: terdapat 6.777 orang yang diperiksa

- Hingga 1 April: terdapat 7.193 orang yang diperiksa

Jumlah spesimen per hari yang diperiksa didapat dengan melihat selisih tiap hari:

* 27 Maret - 28 Maret: 491 spesimen yang diperiksa

* 28 Maret - 29 Maret: 268 spesimen yang diperiksa

* 29 Maret - 30 Maret: 129 spesimen yang diperiksa

* 30 Maret - 31 Maret: 114 spesimen yang diperiksa

* 31 Maret - 1 April: 416 spesimen yang diperiksa

Jika dibandingkan dengan penambahan kasus baru pada tanggal tersebut akan terlihat:

28 Maret: 109 kasus baru dari 491 spesimen (22,1 persen)

29 Maret: 130 kasus baru dari 268 spesimen (48,5 persen)

30 Maret: 129 kasus baru dari 129 spesimen (100 persen)

31 Maret: 114 kasus baru dari 114 spesimen (100 persen)

1 April:  149 kasus baru dari 416 spesimen (35,8 persen)

Dengan demikian, positivity rate 100 persen memang terjadi pada update yang diumumkan pemerintah pada 30 Maret dan 31 Maret.

Adapun, dari lima hari itu maka bisa didapatkan rata-rata positivity rate sebesar 61,28 persen.

Tentu sulit untuk mendapatkan positivity rate secara real time. Kendala itu disebabkan karena data 7.193 spesimen yang diperiksa berdasarkan yang didapat hingga 1 April 2020. Sedangkan, 1.790 kasus positif terbaru berdasarkan data hingga 2 April 2020.

Jika dibandingkan periode yang sama pada 1 April 2020 yang mencatat 1.677 kasus positif, maka dari 7.193 spesimen didapatkan positivity rate sebesar 23,3 persen.

Tentu dengan catatan, positivity rate tinggi itu didapat karena selama ini pasien yang dites hanyalah pasien yang dianggap memperlihatkan gejala Covid-19.

Selain itu, mereka yang dites merupakan pasien dalam pengawasan yang merupakan hasil contact tracing dari kasus positif yang telah ditemukan.

Angka dari tingkat positif ini bisa diturunkan dengan syarat akses tes yang lebih terbuka.

Ini artinya masih banyak orang yang bisa saja sudah terinfeksi virus corona, namun masih berkeliaran bebas dan belum mendapatkan penanganan, termasuk belum dites.

Sebagai perbandingan, jumlah kasus positif yang melonjak di Amerika Serikat misalnya, didapatkan dari hasil tes yang juga semakin banyak dilakukan.

Dilansir dari situs The Covid Tracking Project, hingga 2 April 2020 terdapat 214,039 kasus positif dari 1,179,589 tes yang dilakukan. Dengan demikian, positivity rate di AS sebesar 18,1 persen.

Lalu bagaimana jika Indonesia dengan jumlah tes yang dilakukan mencapai 1 juta kali, namun memiliki positivity rate sebesar sekitar 23,3 persen? Jumlahnya tentu memprihatinkan.

Tak terima data harian

Pemerintah kini diminta lebih transparan dalam menjelaskan perkembangan data spesimen yang diperiksa, sekaligus meminta kejelasan terkait teknis penerapan metode pemeriksaan bagi pasien yang terduga terjangkit Covid-19.

Menanggapi hal ini, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto mengatakan, pihaknya tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah spesimen dari pasien terduga Covid-19 yang diperiksa dalam sehari.

"Saya tidak tahu. Laboratorium pemeriksaannya ada 38 di seluruh Indonesia. Dari seluruh laboratorium itu apakah bersamaan pemeriksaanya, " ujar Yuri ketika dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (1/4/2020).

Menurut Yuri, total pemeriksaan spesimen tidak dilaporkan kepada dirinya.

"Yang saya ketahui yang (hasilnya) positif (Covid-19) saja. Untuk lebih jelasnya mungkin bisa ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbang) Kemenkes," kata dia.

Yuri juga menampik anggapan bahwa pemerintah tidak maksimal dalam melakukan pemeriksaan spesimen. Sebab, pada awalnya Balitbangkes hanya bekerja sendirian untuk memeriksa spesimen yang ada di Indonesia.

"Awalnya kan hanya Balitbangkes yang memeriksa sendirian sampai beberapa lama, lalu mulai bertambah lagi yang lain. Ada laporannya tapi tidak semua dilaporkan ke saya," tuturnya.

Sementara itu, terkait dugaan bahwa pemerintah sengaja menyampaikan perkembangan data yang bersifat konstan, Yuri mempersilakan masyarakat menilai.

"Silakan saja menduga-duga, kan memang dasarnya curiga. Sebanyak 38 laboratorium itu apakah bareng-bareng (bersama-sama) mulai pemeriksaannya?" kata dia.

https://nasional.kompas.com/read/2020/04/03/05490031/mencermati-tes-covid-19-uji-spesimen-yang-sedikit-hingga-tingkat-positif

Terkini Lainnya

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke