Menurut Istiono, salah satu masalah yang menjadi perhatiannya yakni penyempitan jalur atau bottle neck.
"Karena elevated 3 jalur, bawah 3 jalur, ketemunya juga 3,4 jalur. Saya pikir terjadi bottle neck, dan akan menghambat, bila manti mudik Lebaran bersama-sama para pemudik menuju Jawa," kata Istiono di PTIK, Jakarta Selatan, Senin (24/2/2020).
Salah satu penyebab terjadinya bottle neck yang menjadi perhatian yakni pertemuan arus lalu lintas dari Tol Japek dengan Japek II Elevated di KM 48.
Kemudian, keberadaan rest area di KM 50 yang letaknya setelah tol elevated. Maka dari itu, ia mengusulkan agar rest area tersebut digeser.
"Saya juga rekomendasikan KM 50 TI (tempat istirahat/rest area) itu harus digeser, karena dia bottle neck dari KM 88, mengganggu arus deras dari Jakarta," ucap dia.
Istiono pun menekankan pentingnya kelancaran di tol elevated. Menurut dia, kemacetan di tol sepanjang 38 kilometer tersebut akan berdampak pada psikologis pengemudi.
Idealnya, mobil tak mengantre di tol elevated lebih dari dua jam.
"Di atas sepanjang 38 kilometer ini orang gak boleh nunggu di sana lebih dari 2 jam. Status psikologi dari pengemudi, penumpang sudah lain, makanya harus lancar," ujar Istiono.
"Maka lebih baik buka tutup di KM 10-nya, harus lancar dulu, lebih baik kalau terhambat di bawah saja. Prioritas atas harus lancar, gak boleh tersendat. Kalau bawah ada emergency kan gampang," ucap dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/02/24/22511291/demi-kelancaran-tol-jakarta-cikampek-elevated-polri-usul-satu-rest-area