Menurut Fahri, seharusnya, sebagai wakil presiden Ma'ruf berfungsi sebagai simbol saja.
"Jadi Pak Ma'ruf itu harusnya simbol rekonsiliasi, enggak usah terlibat terlalu teknis ngurus jalan, ngurus jembatan, sebab itu melelahkan juga," kata inisiator Partai Gelora ini usai sebuah diskusi di kawasan Senayan, Jakarta, Senin (17/2/2020).
Fahri menyebut, tak masalah jika Ma'ruf mengambil peran secara simbolis. Pasalnya, seorang wakil presiden memang ditempatkan sebagai ban serep dalam pemerintahan.
Dalam konteks Ma'ruf Amin, Fahri menilai, ia difungsikan untuk menjaga simbol partisipasi kelompok Islam di pemerintahan.
Oleh karena fungsinya sebagai simbol partisipasi kelompok Islam, Fahri menilai bahwa seharusnya Ma'ruf mengambil peran untuk menjaga kerukunan.
Namun demikian, Ma'ruf juga diminta untuk tak berpihak pada kelompok tertentu.
"Saya mendorong Pak Ma'ruf jangan berpihak, kalau bisa dia ambil jalan tengah dari pikiran-pikiran yang moderat gitu, jadi dia jangan mengambil titik ekstrem dari pikiran itu. Itu peran yang paling baik ya," kata Fahri.
Adapun survei Indo Barometer menunjukkan, sebanyak 54,4 persen responden merasa puas terhadap kinerja para menteri kabinet Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Sementara itu, sebanyak 28,1 persen responden mengaku tidak puas.
Dalam survei yang sama, sebanyak 49,6 persen responden menjawab puas terhadap kinerja Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Kemudian, responden yang mengaku tidak puas dengan kinerja Ma'ruf Amin sebesar 37,5 persen.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan, mengacu hasil survei tersebut, dirinya baru pertama kali melihat kepuasan terhadap menteri lebih tinggi dibanding terhadap wakil presiden.
https://nasional.kompas.com/read/2020/02/17/21090031/maruf-amin-disarankan-tak-terlalu-urusi-persoalan-teknis-pemerintahan