Hary mengatakan, BMKG selalu memperbaharui informasi terkait risiko banjir melalui media sosial dan menyampaikan kepada seluruh lembaga terkait, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Oleh karenanya, Hary meminta masyarakat responsif apabila BMKG atau lembaga terkait lainnya sudah menyampaikan informasi banjir melalui media sosial dan pesan (broadcast) di grup WhatsApp dan SMS.
"Kata kuncinya, kalau BMKG sudah keluarkan peringatan dini yang 3 jam-an itu lebih dari 4 kali, dan hujan lebih dari 3 bahkan 5 jam, intensitas sedang-lebat bahkan sangat lebat tadi, maka kewaspadaan ditingkatkan jadi kesiagaan," kata Hary dalam diskusi di Sasana Krida Karang Taruna Bidara Cina, Jalan Baiduri Bulan, Jakarta Timur, Sabtu (4/1/2020).
Senada dengan Hary, Kepala Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Bambang Surya Putra mengatakan, masyarakat Indonesia belum terbiasa untuk melihat perkiraan cuaca.
Ia mengatakan, BNPB sudah menerima informasi dari BMKG bahwa akan terjadi cuaca ekstrem, sehingga meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta melupakan apel siaga.
"Namun, mungkin baru direncanakan tiba-tiba memang curah hujannya sudah semakin tinggi sekali dan ini jadi catatan, ini baru awal, puncak musim hujan masih Februari," kata Bambang.
Ia mengatakan, sistem informasi peringatan dini terkait risiko banjir khusus di kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, dan Bekasi seharusnya dengan dipasangnya sirine di sekitar sungai.
Menurut dia, dengan adanya bunyi sirine, masyarakat dapat segera dievakuasi. Namun, ia belum mengetahui apakah sirine berbunyi di sekitar sungai.
Ia pun menilai, sistem peringatan dini belum maksimal.
"Early warning itu seharusnya diterima sampai orang per orang artinya semua orang berhak dapat informasi itu, tetapi kalau kami lihat kondisi seperti ini artinya agak jauh dari harapan," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/01/04/14191041/bmkg-jika-hujan-lebih-dari-3-jam-dengan-intensitas-sedang-lebat-harus-siaga