Hal tersebut disampaikan Tjahjo seusai memberikan penghargaan ke lembaga dan instansi di pusat dan daerah bertajuk Apresiasi Penganugerahan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) Tahun 2019 di Menara Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (10/12/2019).
Menurut Tjahjo, birokrasi di Korea Selatan sejak dari pusat hingga daerah tetap solid walaupun pada tahun 2016 Presiden Korea Selatan saat itu, Park Geun Hye, terkena masalah hukum hingga akhirnya lengser.
"Kami ingin seperti Korea Selatan, itu presidennya kena masalah hukum, tapi birokrasinya dari daerah sampai pusat solid," kata Tjahjo.
Namun, yang terjadi di Indonesia, kata dia, saat ada kepala daerah yang terkena operasi tangkap tangan (OTT) KPK saja, kondisi birokasi di bawahnya malah bergerak macam-macam.
Oleh karena itu, dengan adanya pemangkasan birokrasi melalui penghilangan beberapa eselon di kepegawaian negeri, pihaknya ingin memisahkan oknum yang salah dengan sistemnya.
"Nah, sistemnya berdasarkan masukan, keluhan, aduan masyarakat. Itu yang kami reformasi. Semakin cepat aduan masyarakat direspons di lembaga daerah, itu akan baik," kata dia.
Tak hanya itu, pihaknya juga tak akan segan memberi apresiasi terhadap daerah-daerah yang memiliki integritas untuk menekan hingga tak ada lagi pungutan liar (pungli) di lembaga/instansi yang berstatus antikorupsi.
"Banyak daerah yang prestasi, sistem melayani masyarakatnya bagus, tapi yang jadi problem, banyak kepala daerah atau kepala instansinya kena OTT KPK," kata dia.
"Tapi ini kita pisahkan. Kalau oknum adalah masalah perorangan yang ada indikasi-indikasi korupsinya, tapi kalau sistem lembaganya yang ingin kami pacu," pungkas dia.
https://nasional.kompas.com/read/2019/12/10/16033301/tjahjo-kami-ingin-seperti-korsel-presidennya-bermasalah-tapi-birokrasinya