Salin Artikel

Kapolri Singgung soal Patung Pancoran, Ini Fakta Unik Tugu Dirgantara Itu

JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Pol Idham Azis mengaku tak mempersoalkan apabila ada pihak yang tidak menyukai dirinya.

Sambil berkelakar, Idham bahkan sempat menganalogikan dirinya bak Patung Pancoran.

"Kalau masalah suka atau tidak suka, Patung Pancoran juga banyak yang tidak suka. Apalagi saya," kata Idham Azis saat acara pisah sambut dengan Kapolri sebelumnya di Mako Brimob Kepala Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/11/2019).

Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri itu pun bersyukur bila kelak banyak yang menyukainya. Meski demikian, ia menyatakan bahwa dirinya tidak akan dapat memuaskan seluruh pihak.

"Jadi abang-abang kalau suka, terima kasih, kalau tidak suka ya saya tinggal," kata dia.

Berbicara mengenai Patung Pancoran yang disinggung Idham, ada sejumlah fakta menarik tentang patung yang pembangunannya digagas Presiden pertama Indonesia, Soekarno, ini.

Berikut fakta-fakta tersebut:

Digagas 1964-1965

Berdasarkan buku Konservasi Patung Dirgantara yang diterbitkan Pusat Konservasi Cagar Budaya DKI Jakarta pada 2015, diketahui gagasan pembangunan patung ini mencuat pada 1964-1965.

Nama asli patung ini adalah Patung Dirgantara. Hal itu berkaitan dengan visi Soekarno soal dunia kerdigantaraan.

"Disebut Patung Pancoran karena nama daerahnya Pancoran. Namanya penduduk, lebih gampang menyebut Patung Pancoran," kata konservator dari Pusat Konservasi Cagar Budaya DKI Jakarta, Sukardi, kepada Kompas.com, 28 Mei 2018 lalu.

Sekitar tahun 1964, Soekarno meminta pematung, Edhi Sunarso, untuk membuat sebuah monumen yang dapat merepresentasikan sebagai sebuah bentuk penghormatan kepada para pahlawan penerbang Tanah Air.

"Kita memang belum bisa membuat pesawat terbang, tetapi kita punya pahlawan kedirgantaraan Indonesia yang gagah berani," kata Soekarno kepada Edhi Sunarso.

"Kalau Amerika dan Soviet bisa membanggakan dirinya karena punya industri pesawat, kita juga harus punya kebanggaan," ujar Soekarno.

Adapun pedestal atau tiang penyangga terbuat dari material beton setinggi 27 meter.

Semula, Edhi merancang Patung Pancoran dengan figur seorang lelaki berotot dengan sehelai kain terjuntai di bagian bahu yang seolah tertiup angin.

Ekspresi wajahnya keras dengan mulut terkatup dan tatapan mata tajam ke depan. Salah satu tangannya sengaja dibuat menunjuk untuk menggambarkan gestur melaju dan seakan melesat menuju angkasa.

Soekarno pun menyetujui gagasan tersebut.

Akan tetapi, ketika Edhi ingin menambahkan pesawat untuk digenggam oleh patung tersebut, Soekarno menolaknya. Ia beralasan, pesawat yang akan digenggam bak mainan anak-anak.

Pemerintah kemudian menggelontorkan uang muka Rp 5 juta untuk pembangunannya. Sementara Soekarno merogoh kocek Rp 1 juta dari kantong pribadinya.

Edhi kemudian memulai pembangunan patung tersebut dengan merogoh kocek pribadinya termasuk hutang kepada bank dan pemilik perunggu.

Namun, peristiwa Gerakan 30 September 1965 berimbas pada tertundanya pemasangan patung pada tiang penyangga.

Tiang penyangga dan potongan-potongan patung yang siap dirangkai pun mangkrak. Sekitar tahun 1970, Soekarno menanyakan nasib pembangunan patung tersebut.

Kepada Soekarno, Edhi bercerita bila dirinya kehabisan uang. Bahkan, utangnya pun belum terbayar dan rumahnya disegel.

Mendengar cerita itu, Soekarno kemudian menjual mobilnya. Uang sebesar Rp 1,75 juta hasil penjualan mobil kemudian diserahkan kepada Edhi untuk merampungkan pemasangannya.

Ketika patung itu kembali dipasang, Soekarnor sempat menyambanginya. Namun pada saat itu kondisi Soekarno sudah kurang sehat.

Sekitar Mei 1970, Edhi mendapat mendapat kabar Soekarno ingin kembali menyaksikan prosesi pemasangan patung tersebut. Namun, hal itu urung dilakukan karena kondisinya yang terus menurun.

Pada 21 Juni 1970, Edhi yang tengah bekerja di puncak patung melihat iring-iringan mobil jenazah melintas di bawahnya.

Rupanya, iring-iringan itu membawa jenazah Soekarno dari Wisma Yaso menuju Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk diterbangkan ke Blitar.

Pada akhirnya, Soekarno tidak pernah benar-benar melihat hasil akhir patung yang digagasnya.

https://nasional.kompas.com/read/2019/11/07/07070011/kapolri-singgung-soal-patung-pancoran-ini-fakta-unik-tugu-dirgantara-itu

Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke