Kalla berpesan agar Ma'ruf melanjutkan hal-hal yang baik selama pemerintahannya dan meninggalkan hal-hal buruk.
"Apa yang baik dilanjutkan tentu. Apa yang belum selesai tentu juga dapat dilanjutkan. Apa yang kurang baik tentu jangan dikerjakan. Itu prinsip pokok daripada suatu memori perpindahan pekerjaan," kata Kalla saat menyampaikan pidato serah terima jabatan.
Ma'ruf mengamini permintaan Kalla. Ia mengatakan, akan terus berkonsultasi dengan Kalla untuk memperoleh saran supaya dapat melaksanakan tugas dengan baik.
"Sebenarnya Wakil Presiden masih Pak JK. Saya ini cuma penggantinya. Walaupun Pak JK sudah tidak lagi menjadi Wakil Presiden, saya akan terus berkonsultasi kepada Bapak untuk memperoleh saran dan pendapat supaya saya bisa melaksanakan tugas dengan baik," kata Ma'ruf.
Adapun, seusai menyerahkan posisi dan tugas ke Ma'ruf Amin, Kalla pun meninggalkan istana Wakil Presiden.
Lantas, apa kegiatan JK usai melepaskan jabatan wapres?
Sekitar Pukul 13.00 WIB, Jusuf Kalla menyambangi Menara Kompas, Jakarta.
Kalla melakukan serangkaian acara mulai dari menghadiri acara Rosiana Silalahi di Kompas TV hingga berkunjung ke kantor redaksi Kompas yang berada di lantai 5 Menara Kompas.
Dalam kunjungannya, Kalla ditemani sang istri Mufidah Jusuf Kalla, Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Syafruddin.
JK mengungkapkan perasaannya, ketika melakukan prosesi pertukaran kursi wapres dengan Ma'ruf Amin di acara pelantikan presiden dan wakil presiden di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Minggu (22/10/2019).
Kalla menceritakan, ada perasaan lega dan terharu ketika melakukan prosesi pertukaran kursi dengan Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden terpilih.
"Ada dua perasaan, satu lega sudah selesai tugas, kedua jika mengenang-ngenang tugas lima tahun yang lalu, saya terharu. Saya bisa terharu, tetapi menangis tidak. Saya susah, senang, senyum saja," kata Kalla.
Kalla mengatakan, aktivitasnya ke depan akan banyak berada di rumah. Meskipun demikian, bukan berarti Kalla tak bekerja.
"Iya, karena saya nanti akan selalu di rumah mungkin, tetapi enggak juga dong, pasti ada kerjaan," ujarnya.
Cinderamata Paling Berkesan bagi JK
Setelah menghadiri acara di Kompas TV, JK bersama Chief Executive Officer (CEO) Grup Kompas Gramedia (KG) Lilik Oetama menuju kantor redaksi Kompas yang berada di lantai 5.
Kedatangan JK langsung disambut para karyawan, Kalla pun menyapa dan berfoto bersama para karyawan.
Direktur National News KG Media Budiman Tanuredjo menyerahkan sebuah cinderamata kepada Jusuf Kalla berupa artikel yang pernah dimuat dalam Harian Kompas.
Artikel tersebut mengisahkan saat Wapres Jusuf Kalla yang saat itu mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertemu peraih Nobel Perdamaian 2006 Muhammad Yunus.
Jusuf Kalla saat menerima cenderamata itu langsung mengungkap kisah di balik layar.
Saat itu, menurut Kalla, dia seharusnya mengenakan jas hitam seperti Presiden SBY. Akan tetapi, Kalla memilih melepas jas karena mendampingi Yunus yang memang dikenal sederhana.
Diketahui saat itu, Kalla hanya mengenakan kemeja lengan panjang berwarna putih dan tidak dimasukkan
"Protokol bilang ke saya, 'Pak, Pak SBY pakai jas hitam'. 'Ah biar saja. Saya tidak pakai jas karena mendampingi Yunus (peraih Nobel Perdamaian)'," kata Kalla.
Kalla pernah mengatakan, hal itu dilakukan untuk penghematan sesuai dengan kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan bersamaan naiknya harga minyak mentah dunia.
Selain itu, Kalla mempertanyakan, standard menghormati tamu hanya karena soal pakaian yang harus sesuai aturan.
Usai menerima cenderamata dari Kompas, Kalla berkeliling kantor redaksi dan menyapa para karyawan. Hingga akhirnya pamit ditemani oleh Chief Executive Officer (CEO) Grup Kompas Gramedia (KG) Lilik Oetama.
https://nasional.kompas.com/read/2019/10/22/08392051/hari-pertama-jusuf-kalla-usai-tak-jabat-jadi-wapres