Salin Artikel

Saat Jusuf Kalla Terima Cenderamata dari Kompas Berisi Artikel yang Berkesan

Dalam kunjungannya, Kalla ditemani oleh Chief Executive Officer (CEO) Grup Kompas Gramedia (KG) Lilik Oetama, Direktur National News KG Media Budiman Tanuredjo, dan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho.

Sedangkan, Wapres Jusuf Kalla didampingi mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Syafruddin.

Kedatangan Jusuf Kalla langsung disambut eriah moleh sejumlah karyawan dan wartawan yang bekerja di Menara Kompas.

Direktur National News KG Media Budiman Tanuredjo menyerahkan sebuah cenderamata kepada Jusuf Kalla berupa artikel yang pernah dimuat dalam Harian Kompas, 8 Agustus 2007.

Artikel itu berjudul "Bicara Kemiskinan dengan Jas Hitam". Artikel ditulis Wisnu Nugroho yang saat itu bertugas sebagai wartawan di Istana Kepresidenan.

Artikel kategori feature ini mengisahkan Wapres Jusuf Kalla yang saat itu mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima peraih Nobel Perdamaian 2006 Muhammad Yunus untuk kuliah umum.

Kuliah umum di Istana Negara itu menghadirkan Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian 2006 ini. Yunus berbagai pengetahuan dan pengalaman mengelola dana mikro untuk mengatasi kemiskinan di Banglades.

Jusuf Kalla saat menerima cenderamata berisi artikel itu langsung mengungkap kisah di balik layar yang membuatnya terkesan dan ingin mendapat kenang-kenangan artikel itu.

Saat itu, menurut Kalla, dia seharusnya mengenakan jas hitam seperti Presiden SBY. Akan tetapi, Kalla memilih melepas jas karena mendampingi Yunus yang memang dikenal sederhana.

"Protokol bilang ke saya, 'Pak, Pak SBY pakai jas hitam'. 'Ah biar saja. Saya tidak pakai jas karena mendampingi Yunus (peraih Nobel Perdamaian)'," kata Kalla.

Muhammad Yunus datang dalam rangka menyampaikan kuliah umum.

Saat itu, Kalla hanya mengenakan kemeja lengan panjang berwarna putih dan tidak dimasukkan.

Kalla pernah mengatakan, hal itu dilakukan untuk penghematan sesuai dengan kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan bersamaan naiknya harga minyak mentah dunia.

Ketika itu, kebiasaan pejabat di negara tropis seperti Indonesia memakai setelan jas hitam terasa agak tidak sesuai.

Alasan yang kerap dikemukakan mengenai kebiasaan atau mengenakan jas hitam adalah menghormati tamu.

Akan tetapi, Kalla menyatakan, sedikit bisa dipertanyakan, apakah hormat kita tidak penuh hanya karena soal pakaian yang sejatinya merepotkan.

Usai menerima cenderamata dari Kompas, Kalla berkeliling kantor redaksi dan menyapa para karyawan. Hingga akhirnya pamit ditemani oleh Chief Executive Officer (CEO) Grup Kompas Gramedia (KG) Lilik Oetama.

https://nasional.kompas.com/read/2019/10/22/05050071/saat-jusuf-kalla-terima-cenderamata-dari-kompas-berisi-artikel-yang-berkesan

Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke