Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menyampaikan, selama periode tersebut, terdeteksi 20.000 konten negatif.
"Berarti 5 hari, naiknya 20.000 (konten). Bayangkan selama 5 hari bisa naik 20.000," ucap Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (2/9/2019).
Menurut dia, konten tersebut paling banyak beredar di platform Twitter disusul Facebook.
Padahal, selama periode 14-27 Agustus 2019, 32.000 konten yang ditemukan paling banyak tersebar di platform Facebook.
Dedi mengatakan, oknum di balik konten negatif seperti hoaks maupun bernada provokatif mulai memengaruhi kalangan menengah.
"Kalau misalnya Twitter berarti bukan melibatkan golongan menengah ke bawah, akar rumput. Kalau akar rumput sudah redam ini. Berarti dia mainnya sudah golongan middle, sama-sama elite-elite, baik di dalam negeri dan luar negeri, yang mencoba untuk membakar berita hoaks itu lagi," papar dia.
Masifnya konten-konten negatif tersebut membuat Polri menilai pembatasan internet di Papua maupun Papua Barat belum bisa dicabut.
Menurut Polri, pembatasan internet dapat mencegah peredaran hoaks yang diduga menjadi pemicu terjadinya kerusuhan.
"Dengan pertimbangan itu, untuk sementara dibatasi dulu, enggak diblok, dibatasi dulu, guna menghindari berita-berita hoaks itu terus meluas di masyarakat sehingga justru bisa memicu kerusuhan," kata Dedi.
Seperti diberitakan, aksi solidaritas Papua muncul di berbagai kota di Provinsi Papua dan Papua Barat, seperti yang terjadi di Manokwari, Jayapura dan Sorong, Senin (19/8/2019).
Unjuk rasa kemudian melebar ke Fakfak dan Timika, pada Rabu (21/9/2019). Demonstrasi di kedua tempat juga sempat terjadi kerusuhan.
Kemudian, kerusuhan terjadi di Deiyai pada Rabu (28/8/2019) dan di Jayapura pada Kamis (29/8/2019).
Aksi unjuk rasa ini merupakan dampak dari perlakuan diskriminatif dan tindak rasisme yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang dan Semarang, dalam beberapa waktu terakhir.
https://nasional.kompas.com/read/2019/09/03/05515281/dalam-5-hari-polisi-temukan-20000-konten-hoaks-terkait-papua