Ridwan menilai tanah 180.000 hektar di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara yang disiapkan pemerintah untuk ibu kota baru terlalu luas.
"Hasil pengalaman saya sebagai dosen perkotaan, asumsinya terlalu luas. Harus dikaji ulang, jangan sampai menghasilkan kota yang terlalu luas," kata Ridwan Kamil usai bertemu Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (28/8/2019).
Ridwan Kamil menilai, jika terlalu luas berpotensi membuat kota itu terlalu berorientasi terhadap kendaraan bermotor. Hal ini bertentangan dengan konsep kota masa futuristik.
"Harus dikaji ulang. Karena di masa depan kota futuristik itu kota yang jalan kaki. Kantor, rumah, sekolah harus berdekatan. Kalau kepepet baru (naik) transportasi umum, terakhir baru mobil," ujar pria yang akrab disapa Emil ini.
Ridwan Kamil berpendapat, luas ibu kota baru nantinya cukup 17 ribu haktare seperti yang dilakukan Amerika Serikat. Ia berkaca pada langkah Amerika Serikat yang juga memindahkan ibu kotanya di Washington DC.
"Kalau pakai teori Washington DC, sekitar 17 ribu hektare. Maksimal 30-an ribu hektare, itu sudah cukup. Enggak usah 180 ribu hektare," ujarnya.
Selain memberi masukan soal ibu kota baru, kedatangan Ridwan Kamil ke Istana untuk pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia di Provinsi Jawa Barat.
"Saya melaporkan penerjemahan konsep pembangunan sumber daya manusia, kami mau ada revitalisasi SMK, revitalisasi 4.0 di Jawa Barat. Itu juga meminta ada atensi khusus Pak Presiden agar Jabar didukung maksimal," ujarnya.
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/28/17075451/bertemu-jokowi-ridwan-kamil-kritik-luas-lahan-ibu-kota-baru