"Sama sekali tidak ditujukan menurunkan atau meningkatkan elektabilitas," kata Anita dalam focus group discussion 'Hoax dalam Pemilu 2019' di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (20/8/2019).
Menurut Anita, hoaks pemilu bukan pertama kali terjadi. Penyebaran berita bohong sudah berlangsung sejak Pemilu 2014.
Saat itu, masyarakat masih terkaget-kaget akan penyebaran hoaks. Sebab, hoaks berlangsung satu arah.
Sementara itu, pada Pemilu tahun ini, hoaks berlangsung dua arah. Baik dari kubu 01 maupun 02 sama-sama melemparkan berita bohong.
Meski begitu, Anita mengatakan, hoaks ini hanya disebarkan di kalangan pendukung paslon 01 dan paslon 02.
Oleh karenanya, kecil kemungkinan pendukung salah satu kubu mengubah pilihan politik karena hoaks tersebut.
"Hoaks itu hanya memumpuk kebencian. Kebencian yang dipupuk selama empat tahun sebelumnya," ujar dia.
Anita juga menyampaikan, tahun ini, hoaks menyerang penyelenggara pemilu, yakni KPU.
Sejumlah isu terkait kecurangan penyelenggara pemilu terus digulirkan untuk mendelegitimasi penyelenggara pemilu.
"(Hoaks) situs KPU bobol, pelatihan tenaga China supaya mencoblos sesuai keinginan, ancaman pembunuham jika tidak memenangkan (salah satu paslon), puncaknya, (hoaks) tujuh kontainer surat suara dicoblos," kata dia.
Untuk itu, ia berharap KPU ke depannya lebih responsif dalam melawan hoaks.
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/20/20301231/mafindo-hoaks-terkait-pemilu-2019-bertujuan-memupuk-kebencian