KOMPAS.com - Kyai Haji Maimun Zubair atau akrab disapa Mbah Moen menghembuskan napas terakhirnya di Mekkah pada Selasa (6/8/2019), ketika menunaikan rangkaian ibadah haji.
Mbah Moen sendiri dikenal sebagai ulama karismatik yang selalu menjadi panutan. Namanya kembali diperbincangkan saat pemilihan Presiden 2019 lalu diselenggarakan.
Ya, Mbah Moen memang menjadi rujukan para politisi, tak terkecuali Jokowi dan Prabowo yang bertarung untuk memenangkan kursi presiden 2019-2024 kala itu.
Mbah Moen adalah tokoh ulama NU yang lahir di Rembang, Jawa Tengah, 28 Oktober 1928.
Beliau Merupakan putra pertama anak dari KH Zubair Dahlan dan cucu dari Kyai Ahmad Syu’aib.
Sekitar tahun 1945, beliau memulai pendidikannya di Pondok Lirboyo Kediri, di bawah bimbingan KH. Abdul Karim atau yang biasa dikenal sebagai Mbah Manaf. Selain kepada Mbah Manaf, Beliau juga menimba ilmu agama dari KH. Mahrus Ali dan KH. Marzuqi.
Mbah Maimun merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang dan menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hingga ia wafat.
Mbah Maimun pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Rembang selama 7 tahun. Setelah berakhirnya masa tugas, ia mulai berkonsentrasi mengurus pondok pesantrennya.
Dia juga sempat menjabat sebagai anggota MPR RI utusan Jawa Tengah selama tiga periode.
Dilansir dari nu.or.id, KH Maimun Zubair sebagai salah satu tokoh pejuang NU bersama KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahab Chasbullah ini menceritakan kecintaannya terhadap NU yang tumbuh sejak masa remaja.
Mbah Moen bercerita tentang keikutsertaanya pertama kali dalam organisasi NU.
"Sebelum saya di PBNU tahun 1990. Saya mulai di NU tahun 1950 sebagai kader IPNU, tahun 1960 di Ansor, terus tahun 1970 di NU Cabang," terang Mbah Moen sapaan akrabnya kepada NU Online di Rembang, Jawa Tengah.
Pada tahun 1980, lanjut Mbah Moen, ia masuk di kepengurusan PWNU Jawa Tengah, tahun 1990 di PBNU sebagai Rais sampai kepada Thariqat.
"Kemudian saya pensiun sebentar di tahun 2000, dan masuk lagi menjadi Mustasyar PBNU hingga sekarang," ungkapnya.
Kedekatan dengan Gus Dur
Tak hanya bercerita mengenai awal terjun di NU, Mbah Maimun juga mengisahkan kedekatannya dengan KH Abdurrachman Wahid (Gus Dur).
Ia mengisahkan ketika Gus Dur berkunjung ke Pesantren Al-Anwar Sarang. Gus Dur, kala itu, meminta Mbah Maimoen untuk membaca kitab Tadzkirah karangan Syekh Nawawi sebelum dirinya berangkat belajar ke Mesir.
“Gus Dur ke Sarang untuk membaca kitab Tadzkirah sebelum ke Mesir, Baghdad, dan Eropa,” tutur Mbah Maimun menghadiri hari peringatan Gus Dur di Ciganjur.
Sepulang dari belajarnya di luar negeri, Gus Dur menjadi Ketua Umum PBNU dan mengajak Mbah Moen untuk mengabdi di NU.
“Gus Dur yang membuat saya bergabung di (kepengurusan) PBNU,” terang KH Maimun Zubair.
Namun, dia tidak mengisahkan lebih lanjut kenapa Gus Dur memilih berkunjung ke Sarang dan membaca kitab Tadzkirah. Ia hanya menegaskan bahwa Gus Dur merupakan sosok dengan peneguhan nilai kemanusiaan yang tinggi.
Ia menyebut Gus Dur sangat memahami nilai-nilai kemanusiaan. Menurut Mbah Moen, Gus Dur juga sosok yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan menggunakan asas kemanusiaan untuk menyatukan manusia.
Dalam kegiatan bertema “Yang Lebih Penting dari Politik adalah Kemanusiaan”, Mbah Maimun pernah menyebut bahwa Gus Dur adalah orang yang begitu memahami kapan saatnya manusia dinilai ketika ia telah wafat.
"Saya yakin keberadaan hadirin di sini karena kecintaannya kepada Gus Dur," ucap Mbah Moen yang juga menekankan pentingnya meneguhkan pilar-pilar kebangsaan untuk menegakkan agama dan membangun kemanusiaan.
Pernah satu ketika KH Maimun Zubair mengungkapkan rasa penasarannya terhadap Gus Dur. Salah satu kiai sepuh NU asal Sarang Jawa Tengah itu penasaran tentang amalan apa yang dilakukan oleh Gus Dur sehingga sampai meninggal pun orang terus menghormatinya.
Tidak heran jika Mbah Maimun memberikan rasa hormat kepada Gus Dur dan ikut tergabung dalam menjadi bagian dari NU.
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/06/12362121/maimun-zubair-wafat-ini-kisah-kedekatan-dengan-gus-dur-hingga-masuk-nu