Salin Artikel

Investigasi Polri soal Listrik Padam: Akibat Pohon, Tak Ada Human Error atau Sabotase

Hingga Senin (5/8/2019), Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencatat, masih ada sejumlah titik yang mengalami pemadaman listrik di daerah Banten dan Jawa Barat. 

Berdasarkan investigasi yang dilakukan polisi, masalah listrik itu diduga timbul karena adanya pohon yang melebihi batas ketinggian sehingga mengakibatkan lompatan listrik.

"Kerusakan diduga sementara adanya pohon yang ketinggiannya melebihi batas ROW (right of way) sehingga mengakibatkan flash atau lompatan listrik," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (5/9/2019).

Investigasi ini dilakukan tim yang dipimpin Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri.

Tim dari Polda Jawa Tengah pun turun ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengecek tower transmisi di daerah Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah.

Dengan demikian, Dedi menyatakan bahwa dugaan sementara polisi, gangguan itu diakibatkan faktor alam dan teknis. 

Tidak ada indikasi kesalahan manusia atau human error ataupun sabotase terkait pemadaman listrik tersebut. 

Kendati demikian, tim dari Bareskrim Polri dan PLN akan turun ke lapangan untuk memastikan temuan tersebut.

Penyebab versi PLN

Di sisi lain, Direktur Bisnis Regional PLN Jawa Bagian Barat Haryanto WS tidak memberi jawaban rinci ketika ditanya mengenai penyebab padamnya listrik yang membuat Ibu Kota dan beberapa daerah lain "lumpuh".

Haryanto hanya menjelaskan bahwa terjadi gangguan pada jaringan penyalur listrik murah dari timur ke barat.

Dari total 4 sirkuit, 1 sirkuit sedang dalam tahap pemeliharaan, sedangkan dua sirkuit lain terkena gangguan tersebut.

Namun, ia tidak menjelaskan lebih lanjut apakah gangguan yang dimaksud itu adalah pohon atau bukan.

"Kemudian terjadi gangguan di dua titik secara bersamaan antara Ungaran-Pemalang dan itu kemudian menjadikan tinggal 1 sirkuit sehingga aliran listrik dari timur ke barat ini terhenti," ujar Haryanto di kantor PLN pusat, Jakarta Selatan, Senin.

Ketika ditanya kembali perihal penyebab pasti dari pemadaman tersebut, Haryanto memberi jawaban serupa. Ia hanya menambahkan bahwa gangguan tersebut sudah ditangani.

Wartawan kemudian menanyakan lagi tentang penyebab pasti pemadaman listrik. Menurut dia, jaringan listrik membentang panjang dan melewati gunung hingga perumahan.

Maka dari itu, Haryanto menilai bahwa faktor alam memang memungkinkan untuk mengganggu jaringan.

"Jadi, memang jaringan kita itu kan panjang, melalui gunung, hutan, dan lokasi masyarakat, perumahan, dan itu memang bisa saja terjadi gangguan-gangguan dari sekitar, alam, dan sebagainya, dan itu bisa terjadi," kata dia.

Selepas konferensi pers, ketika ditanya lagi untuk mempertegas apakah memang pohon yang menjadi penyebab pemadaman, Haryanto tidak menjawab.

Sementara itu, untuk penanganan padamnya listrik, PLN berupaya menyelesaikannya pada Senin malam kemarin.

Menurut Haryanto, pemadaman bergilir untuk wilayah DKI Jakarta sudah tidak terjadi sejak sore kemarin. Namun, pemadaman listrik masih terjadi di wilayah Banten dan Jawa Barat.

Lalu, PLN menambah mesin penghasil listrik sebesar 5.000 megawatt dan 3.000 megawatt untuk mengatasinya.

"Insya Allah sampai nanti (kemarin) malam ada tambahan sampai 3.000 megawatt dan yang kita pakai untuk menyalakan kembali pelanggan-pelanggan yang ada di Banten dan Jabar yang mengalami pemadaman," kata dia.

https://nasional.kompas.com/read/2019/08/06/07420111/investigasi-polri-soal-listrik-padam-akibat-pohon-tak-ada-human-error-atau

Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke