Rekrutmen rektor asing tersebut bertujuan untuk meningkatkan ranking perguruan tinggi Indonesia masuk dalam 100 universitas terbaik dunia.
Fahri tak sepakat dengan wacana tersebut. Sebab, menurut dia, upaya meningkatkan ranking perguruan tinggi merupakan tugas dari Kemenristekdikti dan bukan menjadi tanggung jawab pihak asing.
"Jangan bikin kecil hati bangsa Indonesia. Kita sanggup kok," ujar Fahri saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (31/7/2019).
Fahri mengatakan, seharusnya pemerintah memiliki konsep yang jelas dalam meningkatkan kualitas dan ranking perguruan tinggi.
Konsep tersebut kemudian dijalankan Kemenristekdikti sebagai institusi pengelola sektor pendidikan di perguruan tinggi.
Jika wacana tersebut direalisasikan, kata Fahri, akan terkesan Menristekdikti ingin lepas dari tugas dan tanggung jawabnya.
"Menristekdikti kan mengelola sektoral. Kenapa dia enggak pakai kekuatan politiknya untuk mengelola sektor itu sehingga menjadi maju, bukan lepas tangan ke orang lain," kata Fahri.
Selain itu, Fahri menilai wacana mengundang rektor asing tidak menjamin dapat meningkatkan ranking ketika tidak ada konsep yang jelas dari pemerintah.
Ia berpendapat seharusnya konsep dalam memodernisasi kampus datang dari pemerintah, bukan pihak asing.
"Tapi ini kan konsep enggak ada, tiba-tiba lepas tangan, asing saja. Seolah-olah kalau semua dilepas ke orang asing semua jadi beres. Ya enggak juga," tutur dia.
"Kita baru mappingkan, mana yang paling siap, mana yang belum dan mana perguruan tinggi yang kita targetkan (rektornya) dari asing. Kalau banyaknya, dua sampai lima (perguruan tinggi dengan rektor luar negeri) sampai 2024. Tahun 2020 harus kita mulai," ungkap Menristekdikti Mohamad Nasir dilansir dari rilis resmi Kemenristekdikti (26/7/2019).
Menristekdikti menjelaskan langkah rekrutmen rektor luar negeri ini guna meningkatkan ranking perguruan tinggi Indonesia masuk dalam 100 universitas terbaik dunia.
Nasir mengatakan, praktik rektor asing memimpin perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi publik di suatu negara lumrah dilakukan di luar negeri, terutama di negara-negara Eropa, bahkan Singapura juga melakukan hal yang sama.
Ia mencontohkan Nanyang Technological University (NTU) yang baru didirikan pada 1981, namun saat ini sudah masuk 50 besar dunia dalam waktu 38 tahun.
Nasir juga menyampaikan dengan rektor luar negeri dan dosen luar negeri meningkatkan ranking perguruan tinggi Indonesia, rakyat Indonesia akan lebih dekat dengan pendidikan tinggi yang berkualitas dunia.
Selain itu, rektor luar negeri nantinya bertugas meningkatkan kualitas PTN hingga peringkatnya bisa naik ke tingkat lebih tinggi.
https://nasional.kompas.com/read/2019/07/31/18201861/soal-wacana-rektor-asing-fahri-hamzah-jangan-bikin-bangsa-indonesia-kecil