Salin Artikel

Perjuangan Sutopo Lawan Kanker Berakhir di Guangzhou…

KOMPAS.com — "Hari ini saya ke Guangzho untuk berobat dari kanker paru yang telah menyebar di banyak tulang dan organ tubuh lain. Kondisinya sangat menyakitkan sekali. Saya mohon doa restu kepada semua netizen dan lainnya. Jika ada kesalahan mohon dimaafkan. Sekaligus saya dimaafkan atas kesalahan dan dosa. Saya di Guangzho selama 1 bulan. Maaf jika tidak bisa menyampaikan info bencana dengan cepat. Mohon maaf ya".

Demikian caption yang mengikuti foto yang diunggah Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di akun Instagram-nya, @sutopopurwo, pada 15 Juni 2019.

Saat itu, Sutopo baru tiba di Guangzhou untuk menjalani perawatan atas penyakit kanker paru stadium akhir yang dideritanya. Unggahan itu menjadi unggahan terakhir di akun Instagram Sutopo.

Kepergian Sutopo meninggalkan rasa kehilangan mendalam. Sosoknya mendapatkan simpati masyarakat Indonesia, bahkan hingga sejumlah media internasional karena pengabdian dan dedikasi kepada profesinya.

Sakit yang diderita tak membuat Sutopo meratap. Ia tetap melakukan tugasnya dengan optimal, mengedukasi dan menyebar informasi kepada masyarakat tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan kebencanaan yang kerap melanda Negeri Khatulistiwa ini.

Namun, perjuangan Sutopo berakhir di Guangzhou karena penyakit yang dideritanya sudah menjalar ke tulang dan organ vital tubuhnya.

Divonis kanker paru stadium 4

Laki-laki kelahiran Boyolali, 7 Oktober 1969, ini pertama kali divonis mengidap kanker stadium 4 pada 17 Januari 2018 oleh seorang dokter ahli paru-paru.

Semua berawal dari rasa nyeri di pinggang bagian kiri dan batuk yang tak kunjung sembuh, bahkan setelah diperiksa dokter.

Ia sempat berpikir ada masalah dengan jantungnya. Saat diperiksa dokter, tidak ditemukan masalah. Jantung Sutopo dinyatakan sehat.

Lalu, bapak dua putra ini teringat dengan seorang teman yang mengidap kanker paru, padahal ia seseorang yang memiliki pola hidup sehat.

Dari sana, ia datang ke dokter ahli di bidang paru-paru di Rumah Sakit Mitra Keluarga. Ketika itulah, ia mengetahui sel kanker ternyata sudah bersarang di tubuhnya sejak lama.

Upaya penyembuhan yang dijalani

Meski merasa kaget dan takut dengan kenyataan yang diterimanya, laki-laki berusia 49 tahun ini telaten menjalani sejumlah upaya penyembuhan.

Cerita upaya pengobatan dan penyembuhan yang dilakukannya kerap dibagikan Sutopo di akun media sosialnya. Melalui cara ini, ia ingin menyemangati diri sendiri dan para penderita kanker lainnya.

Sutopo melakukan kemoterapi, sedot cairan yang memenuhi paru-paru, CT scan, MRI, rontgen, dan mengonsumsi makan-makanan yang dianjurkan.

Profesional sebagai Kapusdatin

Di tengah serangan kanker paru yang semakin mengganas, sosok yang mengidolakan penyanyi Raisa Andriana ini terus menjalani aktivitasnya sebagai Kapusdatin BNPB secara profesional.

Sutopo tetap menjadi garda terdepan penyampai informasi kredibel suatu bencana yang terjadi di Indonesia.

Tanpa perlu ditanya, Sutopo rajin membagikan informasi kebencanaan melalui media sosialnya secara up to date.

Hal itu bisa dilihat di lini masa Twitter-nya @Sutopo_PN yang dipenuhi begitu banyak informasi tentang bencana-bencana yang melanda Tanah Air.

Suatu kali, Sutopo pernah menyebut dirinya menulis keterangan pers sembari menanti waktu kemoterapi di rumah sakit.

Dalam kondisi gemetar, ia merampungkan satu keterangan pers yang siap dibagikan kepada awak media dan masyarakat.

Sering juga ia hadir menjadi pembicara, menyampaikan materi tentang bencana alam kepada orang-orang yang membutuhkannya. Meski bersemangat dan senang melakukannya, Sutopo tidak memungkiri badannya akan merasa sakit setelah acara selesai.

Ya, tubuhnya tidak bisa berbohong atas sakit dan nyeri yang ditimbulkan oleh kanker.

Semangati sesama penyintas kanker

Sebagai penyintas kanker stadium akhir, suami dari Retno Utami Yulianingsih ini beberapa kali memberikan dukungannya terhadap pejuang kanker lainnya.

Salah satu orang yang sempat disemangati oleh Sutopo adalah sosok istri dari presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono.

Semangat dan dukungan itu ia sampaikan melalui akun media sosial meski secara pribadi Sutopo mengaku tidak mengenal sosok Ani Yudhoyono.

Ia menuliskan panjang lebar dukungan untuk mantan ibu negara itu dan berbagi saran untuk tetap semangat memerangi kanker yang mengganas di tubuh mereka.

Ia merekam saat-saat dirinya akan terbang ke Gaungzhou untuk menjalani perawatan lebih intensif di rumah saki pusat penyembuhan kanker.

Tak hanya itu, ia juga masih meminta maaf kepada masyarakat dan semua pihak karena untuk sementara waktu ia tidak bisa mengabarkan informasi bencana sebagaimana selalu ia lakukan sebelumnya.

Ternyata itu menjadi ucapan pamit yang terakhir darinya untuk semua masyarakat Indonesia.

Rencana sebulan pengobatan di China belum sepenuhnya terlaksana, Sutopo meninggal di pekan ke-3 rangkaian perawatan yang dijalaninya.

Meninggal di Guangzhou

Berdasarkan informasi dari keluarga yang diteruskan oleh pihak BNPB, Sutopo mengembuskan nafas terakhir di St Stamford Modern Cancer Hospital pada Minggu (7/7/2019) pukul 02.20 waktu setempat.

Ia tutup usia setelah kurang lebih 1,5 tahun berjuang melawan kanker paru yang dideritanya.

Jenazahnya tiba di Tanah Air pada Minggu malam, dan sampai di kediamannya di Perumahan Raffles Hills, Depok, Jawa Barat, pukul 22.37 WIB untuk disemayamkan.

Rencananya, jenazah diberangkatkan ke kampung halaman di Boyolali untuk dimakamkan di sana.

Selamat jalan Pahlawan Kemanusiaan, selamat jalan Pak Topo! 

https://nasional.kompas.com/read/2019/07/08/06001321/perjuangan-sutopo-lawan-kanker-berakhir-di-guangzhou

Terkini Lainnya

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke