"Satu di antaranya teridentifikasi terkena peluru tajam," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo di gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (23/5/2019).
Namun, hingga saat ini otopsi masih dilakukan tim Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri untuk mengetahui penyebab kematian korban lain.
Dedi menuturkan, sebagian jenazah berada di Rumah Sakit Bhayangkara milik Polri dan di rumah sakit lain.
"Saat ini Pusdokkes masih semaksimal mungkin melakukan otopsi untuk mengetahui penyebab kematian dari para korban tersebut," ungkapnya.
Di sisi lain, ia mengatakan, aparat kepolisian masih mendalami asal peluru tersebut.
Apalagi, polisi sebelumnya telah mengamankan tiga senjata api yang disita setelah menangkap enam orang. Hasil penyelidikan, senjata api itu akan digunakan dalam aksi unjuk rasa 22 Mei.
"Tentunya masih didalami lagi beberapa senjata, apakah masih ada di luar atau tiga itu yang dapat diamankan," ujar Dedi.
Selain itu, Kapolri dan Panglima TNI melarang personel pengamanan demonstrasi hasil rekapitulasi suara Pemilu 2019 menggunakan peluru tajam.
Polisi, kata Dedi, juga telah mengantongi identitas dari keenam korban tersebut. Namun, informasi itu baru akan diungkap bersamaan dengan hasil otopsi.
"Kita tinggu dari tim yang nanti akan menyampaikan secara ilmiah apa penyebab kematian dari Pusdokkes," katanya.
https://nasional.kompas.com/read/2019/05/23/15554761/pascakerusuhan-polri-akui-ada-satu-korban-tewas-akibat-peluru-tajam