"Mumpung ini bulan puasa yang mengajarkan moral dan budi pekerti yang luhur tentang kesabaran, kejujuran, keikhlasan, serta persaudaraan di antara Muslim," ujarnya usai sahur bersama di Vihara Dhanagun Kota Bogor Jawa Barat, Selasa (7/5/2019), seperti dikutip Antara.
Menurut dia, kesucian bulan Ramadhan semestinya dimaknai oleh anak bangsa untuk saling merangkul, setelah sebelumnya terlibat dalam gejolak karena berbeda pilihan pada kontestasi Pilpres 2019.
"Untuk menciptakan kedamaian, persatuan dan kerukunan di sama anak bangsa. Karena bagaimanapun kita adalah satu, satu nusa satu bangsa, dan satu bahasa," katanya.
Shinta melaksanakan sahur bersama anak jalanan, kaum dhuafa, serta anak yatim piatu di sebuah Vihara untuk menunjukkan toleransi beragama.
"Saya menyadari bahwa kita ini tinggal di Negara Republik Indonesia yang masyarakatnya majemuk, terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama. Kita punya semboyan Bineka Tunggal Ika, berbeda beda tapi satu," tuturnya.
Ia berharap, bukan hanya kebersamaan antaranak bangsa yang kian rekat, melainkan juga saling menyayangi dan menghormati dalam hal beribadah maupun aktivitas positif lainnya.
https://nasional.kompas.com/read/2019/05/07/09412231/shinta-nuriyah-berharap-gejolak-usai-pilpres-mereda-di-ramadhan