Salin Artikel

Adu Gagasan Timses Prabowo dan Jokowi soal Korupsi Politik

Pandangan ini mereka sampaikan menjelang Pemilihan Presiden 2019 yang akan dihelat pada 17 April mendatang.

Berikut ini pandangan mereka masing-masing soal penanganan korupsi politik yang disampaikan dalam acara debat antikorupsi di Graha Bimasena, Jakarta, Jumat (5/4/2019) malam:

Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Sudirman Said, yang diberi kesempatan pertama dalam debat, menyoroti maraknya kepala daerah dan anggota legislatif yang terjerat dalam kasus korupsi.

Dia mengklaim, sebagian besar terjadi pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

"Itu jadi satu poin, pemerintahan itu tidak bisa menciptakan iklim yang memungkinkan orang bersih itu bekerja dengan tenang," kata Sudirman.

Menurut dia, maraknya pejabat yang terjerat korupsi sering diklaim sebagai bukti pemerintah tidak campur tangan dalam penanganan kasus korupsi. Sudirman memandang, klaim itu tidak tepat.

"Tidak begitu, bacanya adalah presiden sebagai kepala negara tidak bisa menciptakan environtment di mana harus dikelilingi orang bersih," katanya.

Padahal, lanjut dia, penting bagi seorang presiden untuk mendorong orang-orang berintegritas bisa menempati banyak jabatan publik.

Menurut dia, cara itu lebih cepat dan efektif. Sebab, penanganan korupsi lewat struktur dan kultur memakan waktu yang panjang.

"Reform itu melalui tiga cara, people, structure dan culture. Tetapi yang paling cepat adalah people. Once you get the best people maka itu lebih efektif untuk mendorong reformasi," ungkapnya.

Dia mencontohkan dua figur. Pertama, sosok mantan Kepala Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias, Kuntoro Mangkusubroto. Menurut dia, Kuntoro mampu menjadikan BRR sebagai lembaga rekonstruksi terbaik di dunia.

"Dia berhasil membuat lembaga BRR menjadi lembaga bersih, karena apa? Karena leadership. Dia bisa membawa orang baik, mendapatkan orang bersih dan perform dengan baik dan institusinya menjadi transparan," kata Sudirman.

Kedua, Sudirman menyebut sosok mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Sarwono Kusumaatmadja. Sudirman menilai Sarwono salah satu menteri terbaik di bidang pendayagunaan aparatur negara.

Dari dua figur itu, dia menilai penanganan korupsi bergantung pada kapabilitas seseorang.

"Jadi saya kira soal capability dari pemimpin itu sebuah kompetensi dari pemimpin. Dan menurut saya pemimpin itu tugasnya tiga, menjaga fisik, values dan melakukan terobosan," kata dia.

Menurut dia, hal itu yang kurang tampak dalam pemberantasan korupsi saat ini. Sebab, terkesan ada pembiaran ekosistem pemerintahan diisi oleh orang-orang yang tak memiliki pandangan sama dalam pemberantasan korupsi.

"Pak Prabowo apabila menjadi presiden beliau berkali mengatakan we want to assemble the best and the brightest person. Tidak peduli partainya apa pun, tidak peduli warna politiknya, yang penting orang itu tidak hanya cerdas tapi juga jujur dan punya kompetensi, integritas," katanya.

Selain itu, kata dia, apabila Prabowo terpilih sebagai Presiden, dia akan mengumpulkan seluruh pimpinan parpol pada pekan pertama kepemimpinannya.

Menurut Sudirman, nantinya pemerintahan Prabowo akan berdiskusi lebih lanjut untuk menghitung pendanaan partai politik. Kemudian, negara akan meningkatkan pendanaan partai. 

Harapannya, dengan dibiayai negara, partai juga bisa lebih bertanggung jawab ke publik.

Dalam acara yang sama, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Budiman Sudjatmiko tak sepakat dengan cara pandang Sudirman Said.

Sudirman menyebutkan, banyaknya kepala daerah dan anggota legislatif dihukum karena korupsi merupakan bentuk kegagalan Presiden dalam membangun lingkungan yang bersih.

"Kami tidak bisa mencap seorang petani yang lebih banyak menangkap tikus sebagai orang yang memelihara tikus. Ini ada petani, dulu nangkapnya tiga, sekarang nangkapnya 10. Terus kita menuduh petani yang menangkap 10 tikus itu sebagai orang yang memelihara tikus? Kan enggak," kata Budiman.

Dari analogi itu, dia menganggap, si petani bekerja lebih baik dengan menangkap lebih banyak tikus. Hal itu yang dinilainya terjadi pada era Presiden Joko Widodo.

Dia menegaskan, banyaknya kepala daerah hingga anggota legislatif yang terjerat korupsi juga merupakan proses hukum yang tidak pandang bulu dan tanpa intervensi.

"Jadi saya pikir, bedakan antara tadi (pernyataan Sudirman) logika asal-asalan mengatakan kalau menangkap lebih banyak di eranya lebih jelek, justru malah lebih baik," kata dia.

Meski demikian, Budiman mengakui penanganan korupsi perlu dilakukan secara menyeluruh. Budiman memandang perlu pendekatan ekosistem. 

"Justru ini sedang membangun ekosistem. Artinya menggali, babat alas, babat semak-semak, ketemu ular, ditangkap ularnya, kita bunuh ularnya, seperti itu, itulah orang bekerja. Orang bekerja membuat kesalahan, orang tidak bekerja tidak membuat kesalahan tapi juga tidak membuat kebaikan apa pun," ujar dia.

Menurut Budiman, interaksi antara partai politik, elite politik, kelompok korporasi dan masyarakat sipil harus ditata untuk menekan kejahatan korupsi politik.

"Kami menawarkan pendekatan ekosistem, sistematis baik kultur dan struktur. Dengan cara pendekatan analitis menghitung semua faktor-faktor, tokoh politik, partai politik, kelompok korporasi, kelompok civil society dan sebagainya," kata Budiman.

Menurut Budiman, interaksi antara partai politik, elite politik, kelompok korporasi dan masyarakat sipil harus ditata untuk menekan kejahatan korupsi politik.

"Kami menawarkan pendekatan ekosistem, sistematis baik kultur dan struktur. Dengan cara pendekatan analitis menghitung semua faktor-faktor, tokoh politik, partai politik, kelompok korporasi, kelompok civil society dan sebagainya," kata Budiman.

Menurut dia, hal itu juga bisa mencegah partai sebagai instrumen politik dikuasai elite tertentu saja. Pengelolaan partai nantinya juga harus transparan dan akuntabel ketika dibiayai negara.

Di sisi lain, Budiman juga menyoroti interaksi partai dengan korporasi yang perlu ditata. Sebab, partai juga terkadang menerima dana dari pengusaha.

Menurut Budiman, salah satu negara yang patut dicontoh adalah Jerman. Jerman dinilainya memiliki pengaturan yang baik dan ketat terkait interaksi partai politik dengan korporasi, masyarakat sipil, dan lainnya.

"Keterikatan dengan partai-partai, hubungannya dengan korporasi swasta, negara, dengan civil society, dan apa pun semuanya diatur. Apakah ini over regulated? Mari kita lihat sejauh mana kita sebagai bangsa, sebagai insan politik bisa membangun ekosistem demokrasi yang kuat," ujarnya.

"Sebagaimana membangun ekosistem inovasi yang cerdas dan sebagaimana membangun ekosistem usaha yang transparan, fair, partisipatori, bebas, mendorong pertumbuhan, kolaborasi segala macamnya, saya kira itu," pungkasnya kemudian.

https://nasional.kompas.com/read/2019/04/06/08250241/adu-gagasan-timses-prabowo-dan-jokowi-soal-korupsi-politik

Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke