Namun, pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai, serangan itu belum mematikan.
Beberapa serangan yang dilontarkan Sandiaga, misalnya, isu tenaga kerja asing (TKA), pengangguran, dan juga BPJS Kesehatan.
"Saya melihat serangan itu masih datar. Serangan dari penantang itu belum serangan yang mematikan, masih sopan," ujar Arya ketika dihubungi, Senin (18/3/2019).
Padahal sebagai penantang, Sandiaga seharusnya bisa membuat image bahwa dirinya mampu membuat perubahan.
Perubahan harus terjadi karena ada situasi yang tidak menguntungkan masyarakat pada pemerintahan saat ini.
"Penantang harus mampu membangun image ke publik bahwa dia harus menghadirkan psikologi perubahan. Semalam itu tidak tampak," ujar Arya.
Ketika Sandiaga menyebut akan mengatasi masalah BPJS Kesehatan dalam 200 hari pertama, Arya mengatakan, seharusnya Sandiaga memaparkan apa saja kesalahan dalam sistem saat ini terlebih dahulu.
Kemudian memaparkan satu per satu mengenai solusi yang akan ditawarkan.
Sementara itu, terkait serangan soal isu pengangguran, solusi yang ditawarkan Sandiaga juga dinilai tidak istimewa.
Solusi yang dimaksud Arya adalah Rumah Siap Kerja. Sebab pada saat yang sama, kubu Jokowi-Ma'ruf juga memiliki program pelatihan kerja serupa melalui Kartu Prakerja.
"Dia seharusnya membuat solusi yang wah," kata dia.
Arya berpendapat, penampilan ini karena Sandiaga masih berhati-hati dalam menghadapi Ma'ruf Amin.
Akhirnya, Sandiaga belum mampu memicu perdebatan dan segala serangannya bisa ditangkis.
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/18/10204171/serangan-sandiaga-kepada-maruf-amin-dinilai-tidak-mematikan