Ia mengklaim bahwa pihaknya tidak ada hubungannya dengan pihak Prabowo-Sandiaga.
"Ya, jernih saja melihat data, dibaca dulu semua temuan Median. Jangan terlihat grogi dan panik begitu, keunggulan Pak Jokowi masih ada kok," ujar Rico ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (23/1/2019).
Rico menuturkan, TKN tidak perlu khawatir bahkan berburuk sangka terlalu berlebihan terhadap hasil survei Median.
Menurut dia, Median merupakan lembaga yang akurasi prediksinya berpredikat baik.
"Lihatlah dengan mata jernih bahwa selisih elektabilitas keduanya itu mengecil dan itu fakta yang saya temukan. Kalau saya dipaksa-paksa memberikan selisih di atas 10 persen, justru saya berbohong terhadap profesionalitas sebagai seorang peneliti," kata dia.
Respons Ace tersebut, bagi Rico, justru membuat dirinya khawatir jika TKN salah membaca data dan tren elektabilitas.
"Seharusnya TKN melihat data itu dengan lapang dada dan mencoba mengevaluasi lebih dalam. Kita tidak ada bayar-bayaran oleh kubu manapun," ujar dia.
"Saya khawatir kalau TKN salah membaca data, salah membaca tren, mereka bisa kalah," tambah dia.
Dia mencontohkan, TKN perlu berkaca pada hasil Pilkada 2017 yang menunjukkan bahwa hasil survei Median soal isu agama berperan penting dalam kekalahan Basuki Tjahaja Purnama.
"Tidak ada satupun lembaga yang mengangkat isu itu. Akhirnya Pak Ahok terbuai dengan situasi yang ada dan kalah. Jangan sampai Pak Jokowi mengulang pengalaman Pak Ahok yang kalah karena tidak lapang dada melihat data dan berburuk sangka," ujar Rico.
Rico menambahkan, survei Median juga memaparkan kelebihan dan kekurangan kedua kandidat.
Ia mengaku heran mengapa TKN tidak membaca paparan bahwa Jokowi unggul di desa, di kalangan pemilih dewasa, dan di media massa.
"Itu data yang menunjukkan keunggulan Pak Jokowi lho. Dan sekarang mau diputar-putar bagaimanapun, Pak Jokowi masih menang," pungkasnya.
Sebelumnya, Juru bicara TKNJokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily, curiga dengan hasil survei Median.
"Publik perlu kritis terhadap hasil survei dari lembaga survei yang partisan. Lihat dulu track record lembaga survei tersebut. Sandingkan dengan hasil lembaga survei yang lain. Kalau hasil surveinya nyeleneh sendiri patut diduga lembaga survei tersebut sedang membangun framing politik," ujar Ace melalui keterangan tertulis, Selasa (22/1/2019).
Ace mengatakan, survei Median seolah mendukung survei internal yang selama ini disebut-sebut kubu Prabowo-Sandiaga.
Adapun hasil survei Median menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf kini sebesar 47,9 persen dan Prabowo-Sandiaga 38,7 persen. Oleh karena itu, perbedaan elektabilitas keduanya menjadi 9,2 persen.
Sebelumnya, pada hasil jajak pendapat Median per November 2018, tingkat keterpilihan Jokowi-Ma'ruf 47,7 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga 35,5 persen. Selisih elektabilitas keduanya kala itu masih 12,2 persen.
Survei ini dilakukan pada 6-15 Januari 2019 terhadap 1.500 responden dengan margin of error sebesar 2,5 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Responden dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling. Survei ini dibiayai secara mandiri.
https://nasional.kompas.com/read/2019/01/23/11164951/median-kubu-jokowi-maruf-tak-perlu-panik-lihat-hasil-survei