Pusat Kepala Pusat Informasi Gempa Bumi dan tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan, amblasnya tanah itu bukan peristiwa likuefaksi.
"Berdasarkan pengamatan, amblesan tanah yang terjadi dengan kedalaman sekitar 30 meter dan lebar 8 meter ini merupakan peristiwa amblesan tanah dan bukan peristiwa likuefaksi yang banyak dikabarkan karena tidak ada fenomena mencairnya material tanah di lokasi kejadian," ujar Triyono melalui siaran pers, Kamis (20/12/2018).
Berdasarkan hasil analisis gelombang seismik (kegempaan) yang tercatat, bahkan peristiwa amblesan tanah ini bukan akibat oleh gempa bumi (aktivitas tektonik) seperti yang beredar di media sosial.
Catatan kegempaan tidak menunjukkan adanya mekanisme pergeseran batuan. Sensor kegempaan mencatat hanya satu sensor di lokasi terdekat amblesan tanah sehingga ini dikategorikan sebagai aktivitas lokal.
Triyono melanjutkan, sebenarnya, telah terjadi dua kali peristiwa serupa di lokasi yang sama.
"Berdasarkan pengamatan pada sensor kegempaan BMKG terdekat yaitu sensor PJI (Prigen Pasuruan Jawa Indonesia) peristiwa ini ternyata sudah tercatat dua kali," ujar Triyoni.
"Amblasan pertama tercatat pada pukul 21.41.27 WIB dan amblasan kedua pada pukul 22.30.00 WIB," lanjut dia.
Atas informasi tersebut, BMKG mengimbau masyarakat tidak termakan berita yang tidak benar alis hoaks.
Masyarakat diminta mengakses sumber informasi yang terpercaya, yakni website BMKG maupun media sosial resmi BMKG untuk mengetahui informasi lebih lanjut dan lebih akurat.
https://nasional.kompas.com/read/2018/12/20/08530411/peristiwa-amblasnya-jalan-gubeng-bukan-likuefaksi-atau-gempa-ini-penjelasan