Salin Artikel

Upaya Jokowi Menang di Sumatera Selatan...

Saat itu, Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih 2.027.049 suara (48,74 persen). Jokowi-JK kalah tipis dari Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang meraih 2.132.163 (51,26 persen).

Prabowo-Hatta unggul di sepuluh kota/kabupaten, yakni Palembang, Lubuk Linggau, Pagaralam, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Lahat, dan Empat Lawang.

Sementara, Jokowi-JK hanya unggul di lima wilayah, yakni; Prabumulih, Musi Banyuasin, Banyuasin, Muara Enim dan Musi Rawas.

Belum berubah

Empat tahun Jokowi-JK menjabat sebagai presiden dan wakil presiden, peta politik di Sumatera Selatan belum banyak berubah. Jokowi mengakui sendiri hal tersebut.

Saat mengukuhkan Tim Kampanye Daerah (TKD) Sumatera Selatan di Palembang, Minggu (25/11/2018), calon presiden nomor urut 01 itu menyebutkan, elektabilitasnya dan Ma'ruf Amin berdasarkan hasil survei internal hanya 37 persen.

"Kami blak-blakan saja, survei terakhir di Sumsel, angkanya baru 37 persen," kata Jokowi.

Mendengar pernyataan Jokowi itu, ribuan kader parpol pendukung yang hadir di The Sultan Convention terlihat lesu.

Namun, Jokowi kembali membangkitkan semangat pendukungnya dan menegaskan bahwa hasil survei internal itu bukan masalah.

"Enggak apa-apa, saya akan survei lagi akhir Desember, saya yakin sudah di atas 50 persen," ujar Jokowi.

Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma'ruf Sumsel, Syahrial Oesman, juga optimistis elektabilitas jagoannya akan meningkat. Apalagi, setelah kunjungan Jokowi ke Provinsi Sumatera Selatan.

"Mungkin survei menyatakan Bapak kalah di sini, tapi kami menyatakan Bapak datang, bersalaman, menang," kata Syahrial.

Tokoh daerah

Jokowi optimistis bisa meningkatkan elektabilitas karena didukung oleh banyak tokoh daerah di Sumatera Selatan.

Jokowi menyebut tiga nama, yakni Gubernur Sumsel Herman Deru, mantan Gubernur Sumsel dua periode, Alex Noerdin serta Ketua TKD Sumsel Syahrial Oesman.

Ketiganya hadir dalam acara tersebut. Namun, Jokowi juga menampilkan foto ketiga tokoh itu di layar. Selanjutnya, layar menampilkan sosok tiga orang lainnya.

Mereka yakni; Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

"Ada Budi Karya Sumadi, orang sini," kata Jokowi.

Budi Karya yang berada di panggung pun langsung berdiri dari kursinya dan menyapa para kader parpol pendukung.

Namun, saat menyebut nama Tito, Jokowi menegaskan bahwa posisinya netral sebagai Kapolri.

"Pak Tito orang sini, tapi harus netral. Kalau saya sebut, keliru nanti," kata Jokowi

Meski demikian, Jokowi menyadari dukungan tokoh-tokoh daerah saja belum cukup.

Untuk meningkatkan elektabilitas, Jokowi meminta seluruh pendukungnya bergerak dari pintu ke pintu untuk menyampaikan capaian positif pemerintah serta mengklarifikasi isu-isu negatif kepada masyarakat.

Karet dan sawit

Jokowi menjelaskan, saat ini ada dua persoalan di Sumatera Selatan yang bisa berdampak negatif pada elektabilitasnya sebagai calon presiden petahana, yaitu jatuhnya harga karet dan minyak kelapa sawit.

Ia meminta tim kampanye menjelaskan hal itu kepada masyarakat.

"Sampaikan ke petani, kita serius mengatasi ini tapi memang tidak mudah mencarikan solusi, karena menyangkut jumlah (produksi sawit dalam negeri) sangat besar," kata Jokowi.

Jokowi dua kali memberikan penjelasan mengenai harga karet dan sawit saat kunjungannya di Palembang.

Pertama, saat menghadiri acara evaluasi kebijakan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa dan sosialisasi penggunaan dana desa tahun 2019.

Dalam acara itu, hadir para kepala desa dan seluruh perangkat desa dari berbagai desa di Sumatera Selatan.

Jokowi mengatakan, ia sangat menyadari bahwa kelapa sawit dan karet merupakan komoditas yang diandalkan oleh masyarakat Sumatera Selatan, khususnya yang tinggal di wilayah pedesaan.

Oleh karena itu, Jokowi ingin memberi pengertian kepada masyarakat bahwa urusan kelapa sawit dan karet bukanlah hal yang mudah dan bisa dikontrol penuh oleh pemerintah.

"Urusan sawit, CPO bukan urusan mudah. Tapi sebetulnya urusan bisnis, jualan," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, ekspor sawit ke Uni Eropa saat ini terhambat karena mereka juga kini tengah mengembangkan produk serupa lewat biji bunga matahari.

Sebagai solusinya, Jokowi mengaku sudah meminta China untuk membeli produk kelapa sawit lebih banyak.

"Saya minta Tiongkok beli lebih banyak. Saya minta tambahan. Ada tambahan 500.000 ton. Itu banyak sekali," kata Jokowi.

Upaya itu juga belum berhasil mendongkrak harga jual kelapa sawit yang saat ini masih berada di Rp 700 per kilogram.

Menurut Jokowi, hal tersebut disebabkan kebun kelapa sawit di Indonesia paling besar di dunia dengan luas 13 juta hektar. Produksi setiap tahun 42 juta ton. 

"Mengendalikan ini tidak mudah, karena ini perdagangan internasional. Oleh karena itu, 3 bulan ini saya sudah perintahkan agar (sawit) bisa dipakai untuk campuran solar," kata Jokowi.

Jika program biodiesel 20 persen (b20) berhasil, Jokowi meyakini hal ini bisa menaikkan harga kelapa sawit sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor minyak mentah.

"Tapi ini tidak bisa singkat, butuh waktu setahun," ujar Jokowi.

Lalu, saat menghadiri penyerahan SK Perhutanan sosial, Jokowi juga sempat bertemu dengan seorang petani karet bernama Bambang.

Bambang sempat curhat kepada Jokowi mengenai harga jual karet yang jatuh ke angka Rp 6000 per kilogram.

"Kalau di tempat saya itu harganya cuma Rp 6000 pak, ya tolong dinaikkan pak," kata Bambang.

Jokowi pun menjelaskan kepada Bambang dan seluruh petani yang hadir bahwa karet adalah komoditas global. Oleh karena itu, pemerintah tidak bisa mengontrol harganya.

"Harga kita enggak mungkin bisa ikut campur," kata dia.

Namun, Jokowi menekankan bahwa pemerintah tetap berupaya mencari solusi atas rendahnya harga jual karet. Menurut dia, nantinya karet yang diproduksi petani akan dibeli oleh Kementerian PU untuk kepentingan pengerjaan jalan.

"Kementerian PU akan beli langsung dari koperasi atau petani. Harganya kurang lebih 7500 sampai 8000. Ini harus Alhamdulillah disyukuri dulu. Nanti kita akan hitung-hitungan lagi," kata Jokowi.

Setelah berdialog seputar harga karet, Jokowi pun memberi kesempatan kepada Bambang apakah ada hal lain yang ingin disampaikan.

Bambang langsung menyerukan ajakan agar memilih Jokowi.

"Tahun 2019 ada pemilihan presiden...," kata Bambang yang langsung dipotong Jokowi sebelum menyelesaikan kalimatnya.

"Sebentar, jangan kampanye loh, enggak boleh," kata Jokowi.

Bambang kembali menimpali. "Saya tidak kampanye, cuma mengajak Saudara semua untuk mencalonkan Bapak Jokowi untuk kedua kalinya," kata Bambang disambut heboh riuh hadirin.

"Nah ini kampanye. Enggak boleh loh. Kampanye begini enggak boleh," tegas Jokowi.

https://nasional.kompas.com/read/2018/11/26/07570751/upaya-jokowi-menang-di-sumatera-selatan

Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke