Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Syafruddin menjamin tak ada unsur radikalisme di masjid-masjid di Indonesia.
Ia mengatakan, data BIN itu ditujukan bukan kepada masjid, melainkan pada individu atau kelompok.
"Saya rasa apa yang disampaikan oleh aparat, apapun yang disampaikan, bahwa ada unsur-unsur kegiatan kegiatan radikalisme, tidak ditujukan kepada masjid, bukan masjid, tapi orang-orang, individu-individu atau kelompok-kelompok. Kalau masjid clear, masjid itu saya yakin saya jaminlah clear," kata Syafrudin saat ditemui di halaman Masjid Cut Meutia, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (20/11/2018).
"Bukan itu yang dimaksud BIN, maksudnya itu orang-orangnya, itu bahasanya saja," sambungnya.
Menurut Syafrudin, masjid merupakan tempat suci dan rumah Allah. Oleh karenanya, masjid tak boleh diisi oleh orang-orang yang negatif.
Justru menjadi kewajiban selueuh umat Islam untuk menjaga kesucian masjid. Masjid, kata Syafrudin, merupakan pusat peradaban Islam, tempat umat Islam meningkatkan iman. Masjid juga menjadi tempat umat untuk berukhuwah Islamiyah dan berukhuwah watoniyah.
"Kalau masjidnya ya pasti itu rumah Allah, tempat suci, jadi kita harus jaga bersama," ujar Syafrudin.
Oleh karena itu, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Reformasi, dan Birokrasi (Menpan RB) itu justru mendorong masyarakat, khususnya remaja masjid, untuk membuat kegiatan-kegiayan positif demi kemaslahatan umat.
Dengan begitu, umat Islam bisa dijauhkan dari kegiatan-kegiatan radikalisme.
"Kalau semua, kita berbuat seperti ini itu ada pilihan-pilihan, jadi tidak fokus ke orang-orang yang radikal," kata Syafrudin.
https://nasional.kompas.com/read/2018/11/20/19455831/wakil-ketua-dewan-masjid-jamin-tak-ada-radikalisme-di-tempat-ibadah