Salin Artikel

Jubir: Elektabilitas 52,6 Persen Belum Aman untuk Jokowi-Ma'ruf

Hal itu dikatakan untuk menanggapi hasil survei terbaru Litbang Kompas yang digelar pada 24 September hingga 5 Oktober 2018.

"Survei Litbang Kompas masih menempatkan kami pada 52,6 persen. Posisi ini masih belum sepenuhnya aman untuk memenangi Pilpres 2019 walaupun kubu Prabowo 32,7 persen jauh di bawah kami," tuturnya ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (24/10/2018).

Hal itu disebabkan jumlah pemilih yang masih mengambang atau swing voters juga masih tinggi. Survei tersebut menunjukkan, pemilih yang masih ragu di kedua kubu dan belum menentukan pilihannya dapat mencapai 46,8 persen.

Kendati demikian, ia menyatakan, nilai 52,6 persen tersebut menjadi pijakan yang baik untuk mencapai target kemenangan mereka sebesar 70 persen.

Oleh sebab itu, mereka akan terus meyakinkan para pemilih selama sisa waktu kampanye ini.

Ace mengungkapkan, cara yang akan mereka lakukan adalah dengan menyampaikan keberhasilan program selama pemerintahan Jokowi sambil menyosialisasikan program yang digagas untuk lima tahun berikutnya.

"Sebagai petahana, tentu kami akan terus menyampaikan capaian-capaian keberhasilan pemerintahan Jokowi dan meyakinkan pemilih tentang program-program yang akan dilaksanakan pada periode yang kedua," tuturnya.

"Kami meyakini bahwa masyakarat akan jernih dan obyektif untuk menilai pemerintahan Jokowi ini," lanjut dia.

Survei dilakukan terhadap 1.200 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi.

Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error 2,8 persen.

Untuk selengkapnya bisa dibaca dalam artikel di Kompas.id berjudul "Menaksir Peluang Jokowi-Ma’ruf".

https://nasional.kompas.com/read/2018/10/24/10222481/jubir-elektabilitas-526-persen-belum-aman-untuk-jokowi-maruf

Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke