Hal itu disampaikan Ma'ruf saat bertemu perwakilan masyarakat Indonesia di KBRI Singapura.
Ma'ruf ke Singapura dalam rangka memenuhi undangan S Rajaratnam School of International Studies Nanyang Technological University sebagai dosen tamu.
Ia dijadwalkan menyampaikan kuliah umum ihwal Islam Moderat dan Ekonomi Berkeadilan pada Rabu (17/10/2018).
"Agar bisa mencerminkan wajah Indonesia yang rukun, santun, dan bersahabat, saya berharap, terutama dalam menghadapi Pilpres yang akan datang, tidak terjadi konflik akibat perbedaan pilihan. Sehingga dapat menjaga keutuhan dan perilaku terpuji sebagai bangsa besar," kata Ma'ruf dalam keterangan tertulis, Rabu (17/10/2018).
Ia mengatakan, upaya menjaga persatuan di kalangan WNI di Singapura penting untuk menjaga hubungan baik antara Indonesia-Singapura yang telah terbangun selama ini. Apalagi saat ini jumlah WNI di Singapura mencapai 200.000 orang.
Terkait rencana kuliah umumnya, Ma’ruf memberikan cuplikan. Ia mengatakan, sejatinya, Islam moderat sejak awal menjadi paham yang dianut sebagian besar bangsa Indonesia.
Dengan pandangan Islam yang moderat itu, kalangan Islam dan kalangan nasionalis bisa menyatu dengan menyepakati Pancasila dan UUD 1945 sehingga melahirkan NKRI.
Namun, lanjut Ma'ruf, dalam perkembangannya, menguat tantangan dari paham keagamaan ekstrem, bahkan cenderung teroris. Terutama setelah munculnya ISIS pada 2014.
Karena itu, ia mengajak semua pihak untuk mengembalikan dan menguatkan lagi paham Islam moderat yang sesuai dengan prinsip berbangsa dan bernegara.
"Istilah saya, ar-ruju’ ilal mabda’, kembali ke basic, ke pangkal lagi, seperti waktu pendiri bangsa mendirikan NKRI,” kata Ma’ruf.
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/17/10152131/bertemu-wni-di-singapura-maruf-amin-minta-tak-ada-perpecahan-meski-beda