Namun, peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA Adjie Alfaraby menilai, slogan tersebut belum memiliki dampak besar kepada elektabilitas Prabowo-Sandiaga.
"Pengaruhnya belum kelihatan karena ini baru awal. Sandiaga baru ngomong itu beberapa hari lalu, baru 8 hari berjalan, kampanye juga belum," ujarnya di Kantor LSI Denny JA, Jakarta, Selasa (21/8/2018).
Berdasarkan survei LSI Denny JA pada 12-19 Agustus 2018, Joko Widodo-Ma'ruf Amin mengungguli Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di lima kantong pemilih. Salah satunya, yakni kantong pemilih perempuan.
Sebanyak 50,2 persen segmen perempuan memilih Jokowi-Ma'ruf Amin. Sementara yang memilih Prabowo-Sandiaga hanya 30 persen
Jumlah populasi perempuan dalam survei mencapai 50 persen dari responden yang berjumlah 1.200 orang.
Meski begitu, pada segmen pemilih perempuan, elektabilitas Prabowo sebenarnya sudah mengalami kenaikan. Hal itu terjadi karena Prabowo menggandeng Sandiaga Uno sebagai cawapres.
Pada segmen perempuan, elektabilitas Prabowo hanya 25,2 persen, tetapi saat disandingkan dengan Sandiaga Uno, elektabilitasnya naik jadi menjadi 30 persen.
Dari situ, Adjie menilai ada potensi Sandiaga menjadi magnet untuk meraup suara dari segmen perempuan.
"Menurut saya sandi punya potensi menarik pemilih. tapi apakah kemudian mampu lewati Jokowi? Itu tergantung," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/21/18251971/pro-emak-emak-belum-signifikan-dongkrak-elektabilitas-prabowo-sandiaga