Salin Artikel

Lima Kritik AHY untuk Pemerintahan Jokowi-JK

Dalam orasinya tersebut, Agus menyampaikan sejumlah hal, termasuk ajakan untuk memelihara persatuan dan kesatuan. Meski demikian, Agus juga melontarkan beberapa kritik terhadap pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

1. Daya beli masyarakat

Agus menyatakan, meskipun angka-angka indikator makroekonomi relatif baik,  kenyataannya di lapangan berbeda.

"Hampir di setiap tempat, yang kami datangi, rakyat berteriak, 'Pak, bagaimana ini? Harga-harga kebutuhan pokok naik! Barang-barang makin mahal'," kata Agus.

Agus menyebut, di satu sisi, harga-harga kebutuhan, naik secara signifikan. Di sisi lain, kemampuan dan kesempatan masyarakat makin terbatas untuk memperoleh penghasilan yang layak.

Harus diakui, sebut Agus, daya beli rakyat memang menurun. Utamanya adalah rakyat berpenghasilan rendah dan kurang mampu.

2. Kenaikan tarif listrik

Agus mengungkapkan, selain biaya hidup, pengeluaran rumah tangga juga terus meningkat. Contohnya adalah kenaikan tarif listrik.

"Tarif listrik naik lebih dari 140 persen, antara bulan Desember 2016 hingga Juli 2017," sebut Agus.

Pencabutan subsidi listrik untuk golongan 900 VA, imbuh dia, berdampak terhadap hampir 19 juta pelanggan rumah tangga.

"Ini tentu, secara langsung berpengaruh terhadap daya beli rakyat," ungkapnya.

3. Lapangan kerja

Menurut Agus, pekerjaan bukan hanya soal memperoleh pendapatan. Pekerjaan juga merupakan harga diri dan penerimaan sosial.

"Itulah sebabnya, pengangguran dan lapangan kerja, selalu menjadi persoalan sensitif," tuturnya.

Secara kuantitas, lapangan kerja yang tercipta setiap tahunnya, ungkap Agus, belum bisa mengimbangi  jumlah pencari kerja baru.

"Dalam hal kualitas angkatan kerja, kita juga masih punya PR besar. Lebih dari 50 juta orang, angkatan kerja kita, berpendidikan sekolah dasar. Dengan fakta ini, rasanya, tidak mudah bagi kita, untuk bersaing dalam kompetisi global," ujar Agus.

4. Tenaga kerja asing

Agus menyatakan, kaum buruh dan pekerja yang ditemuinya mengkritik Perpres Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Menurutnya, aturan itu kurang berpihak pada mereka.

"Baru-baru ini, saya kembali dari Kendari, Sulawesi Tenggara. Saya melihat sendiri, betapa banyak TKA, yang bekerja di sana. Bukan hanya, sebagai tenaga ahli, atau dalam kapasitas manajerial saja, tetapi juga, pada tingkatan buruh, sopir, dan pekerja lapangan lainnya," kata Agus.

Hasil investigasi Ombudsman tahun 2017 terkait isu TKA ilegal di berbagai provinsi, ucap Agus, menemukan bahwa ada diskriminasi perlakuan, hingga gaji yang tidak berimbang antara TKA dan tenaga kerja lokal untuk jenis pekerjaan yang sama.

Baca: Ombudsman: Banyak Tenaga Kerja Asing yang Langgar Aturan

5. Revolusi mental

Agus menyoroti program Revolusi Mental yang diusung pemerintahan Presiden Joko Widodo. Menurut Agus, sebagian besar rakyat sebenarnya menaruh harapan pada program yang membidik pembangunan manusia Indonesia tersebut.

Akan tetapi, program Revolusi Mental tampaknya sedikit tersisih dengan pembangunan infrastruktur yang digalakkan oleh pemerintah. Presiden Jokowi memang mengedepankan pembangunan infrastruktur dan konektivitas antarwilayah.

"Ketika pemerintah saat ini berhasil membangun ribuan kilometer jalan, ratusan jembatan, dan proyek infrastruktur lainnya, lantas kita patut bertanya “Apa kabar, Revolusi Mental?”," kata Agus.

Baca: AHY: Apa Kabar Revolusi Mental?

https://nasional.kompas.com/read/2018/06/11/09355181/lima-kritik-ahy-untuk-pemerintahan-jokowi-jk

Terkini Lainnya

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke