ADA pernyataan mengejutkan yang dilontarkan narasumber dalam program Aiman yang akan tayang pada malam ini, Senin (23/4) pukul 20.00 di KompasTV.
Tak banyak terungkap di publik, ada pertemuan-pertemuan intens antara kubu Prabowo dan Jokowi selama sepekan ini. Ada hal-hal yang tak diketahui publik soal isi pertemuan-pertemuan itu.
Aiman mengungkap sebagian bocorannya.
Pertemuan pertama, Luhut bertemu Prabowo
Beberapa hari belakangan publik disuguhi informasi pertemuan demi pertemuan dua tokoh elite negeri. Di antaranya dua pekan lalu, ada pertemuan Luhut-Prabowo, Jumat (6/4/2018), di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat.
Pertemuan itu tidak tercium satu media massa pun.
Baru sehari setelahnya, Menko Kemaritiman yang dikenal sebagai sosok yang dekat dengan Presiden Joko Widodo ditanyai wartawan seputar pertemuannya dengan pemimpin tertinggi partai oposisi, Gerindra.
Luhut menjawab normatif. Menurut dia, pertemuan itu biasa saja. Hanya pertemuan dua kawan lama. Tak ada yang serius, kata Luhut.
Namun, Luhut mengakui bahwa pertemuan itu terkait Pilpres 2019.
Kalau pertemuan itu tidak serius, pertanyaannya, kenapa digelar “rahasia”?
Wiranto bertemu SBY
Sekitar sepekan berselang, Rabu (18/4/2018), muncul pertemuan selanjutnya. Kali ini Menko Polhukam Wiranto yang bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Demokrat selalu menolak disebut oposisi. SBY mengatakan, partai yang dipimpinnya memosisikan diri sebagai partai penyeimbang dalam setiap kontestasi politik yang terjadi di negeri ini.
Lagi-lagi, Wiranto hanya memberikan jawaban normatif ketika wartawan bertanya tentang pertemuan tersebut.
Ia mengungkapkan, dirinya meminta pendapat SBY terkait politik nasional jelang Pemilu Legislatif dan Pilpres 2019.
Wiranto mengesankan seolah tak ada hal penting yang dibicarakan, hanya mendengar dan bercengkerama dibalut suasana santai.
Santap privat Romy-Sandiaga
Pertemuan lain adalah pada Kamis (19/4/2018) sore menjelang malam. Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy alias Romy bertemu dengan Ketua Tim Pemenangan Pilpres Partai Gerindra Sandiaga Uno.
Pertemuan dilakukan di sebuah restoran pada ruang privat. Baru sehari setelahnya foto pertemuan itu beredar.
Yang pertama kali memberi pernyataan adalah Sandiaga Uno. Ia bicara tertus terang bahwa pertemuan itu membahas soal Pilpres 2019. Namun, Romy tidak mengungkap rinci apa saja yang dibicarakan.
Saya berupaya mencari tahu apa isi pertemuan-pertemuan di atas tadi. Rupanya, ada benang merah dari semua pertemuan tadi, yaitu soal Pilpres 2019.
Apakah pertemuan demi pertemuan itu mengerucut pada pilihan calon wakil presiden yang bakal maju di Pilpres 2009?
Bola panas Romy
Adalah Romahurmuziy yang belakangan gencar melemparkan isu baru. Setidaknya, saya mencatat ada dua isu yang dilemparkan.
Pertama, soal tabloid Obor Rakyat yang merupakan tonggak fitnah SARA pertama kali yang dilancarkan pada masa pemilu yang kemudian berkembang menjadi isu liar dan terus bergulir.
Romy mengatakan, pembuat Obor Rakyat adalah pendukung Prabowo Subianto pada 2014. Sebuah pernyataan baru yang sebelumnya bahkan tidak pernah diungkit dalam persidangan.
Kedua, soal adanya utusan dari Prabowo Subianto yang menanyakan kepada Jokowi terkait kepastian Jokowi meminang Prabowo sebagai calon wakil presiden pada Pilpres 2019.
Sontak dua hal ini membuat kubu Prabowo Subianto meradang. Saya mewawancarai Romy atas dua tudingan ini.
Apa yang ia sampaikan?
Ia menolak jika keduanya disebut tudingan. Keduanya dikatakan Romy sebagai fakta!
Soal pertemuan dengan Sandiaga, Romy mengatakan, Sandiaga menawarkan opsi tentang Prabowo menjadi cawapres Jokowi.
Saya sampai mengulang dua kali pertanyaan, apakah Sandiaga Uno sebagai Ketua Tim Pemenangan Pilpres Gerindra mengutarakan opsi Prabowo menjadi cawapres Jokowi pada Pilpres 2019?
Jawaban Romy selalu sama, iya!
Sebuah pernyataan yang kala saya wawancara, Jumat (20/4/2018), belum pernah diungkapkan sebelumnya kepada media lain.
Terkait pernyataan ini, politisi Gerindra ramai-ramai membantah. Wasekjen Partai Gerindra Adre Rosiade mengungkapkan bahwa pernyataan Romy hoaks!
Sementara Sandiaga Uno justru kembali buka-bukaan. Namun, menurut Sandiaga, opsi Prabowo menjadi cawapres Jokowi ditawarkan oleh Romy.
Romy membantah pernyataan Sandi. Menurut dia, ia punya bukti. Ada saksi yang ikut dalam pertemuan, yaitu Ketua Majelis Pertimbangan PPP yang juga duduk menjadi anggota dewan pertimbangan Presiden, Suharso Monoarfa.
Risiko pilpres calon tunggal
Terlepas dari perdebatan itu, opsi Jokowi berpasangan dengan Prabowo mendadak semakin sering terdengar.
Apakah dua pertemuan sebelumnya, Luhut dan Wiranto, juga membuka opsi dan mengarah pada dua pasangan Jokowi–Prabowo?
Waktu yang nanti akan menjawabnya. Ada risiko nyata di depan mata. Kalau benar Jokowi berpasangan dengan Prabowo, sepertinya Pilpres 2019 akan menghadirkan calon tunggal melawan kotak kosong.
Namun, ada untungnya juga. Pasangan Jokowi-Prabowo diyakini akan meredam perpecahan akibat pilpres seperti yang terjadi pada 2014.
Ada pertanyaan lanjutan, kalau pasangan Jokowi-Prabowo menang, lantas siapa yang akan menjadi oposisi? Akankah mereka menjadi penguasa tunggal sebagaimana era Orde Baru?
Saya Aiman Witjaksono…
Salam!
https://nasional.kompas.com/read/2018/04/23/09402361/behind-the-scene-lobi-lobi-memasangkan-prabowo-jadi-cawapres-jokowi