Salin Artikel

YPKP 65 Temukan 16 Lokasi Kuburan Massal Baru Korban Tragedi 1965

Ketua YPKP 65 Bedjo Untung mengatakan bahwa pihaknya menemukan 16 lokasi kuburan massal baru di Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah. Lokasi tersebut sudah ia datangi sekaligus ia gali informasinya dari para saksi-saksi.

"Kami datang ke sini melaporkan 16 lokasi kuburan massal yang baru. YPKP 65 telah melakukan penelitian dua minggu lalu dan menemukan 16 titik lokasi baru," kata Bedjo, ditemui usai melapor di kantor Komnas HAM, Jakarta, Rabu (15/11/2017).

Menurut Bedjo, 16 lokasi kuburan massal tersebut berbeda dengan 122 lokasi kuburan massal yang sebelumnya juga sudah dilaporkan. Sehingga, menurut YPKP 65, total ada 138 lokasi kuburan massal di Indonesia.

"Jadi ini beda dengan yang kemarin. Ini melengkapi 122 lokasi kuburan massal yang lalu," kata Bedjo.

Bahkan, diyakini Bedjo, di 16 lokasi kuburan massal baru yang ditemukannya itu ada lebih dari 5.000 korban yang dikuburkan.

"Jadi ini yang di Purwodadi ini menurut saya kuburan massal yang terbesar di dunia," kata dia.

Bedjo pun mengungkapkan, temuan 16 lokasi kuburan massal baru tersebut sekaligus membuktikan temuan HJ Princen, seorang warga negara Belanda yang tergabung dalam Dewan HAM PBB.

"Tahun 1966-1969 dia membongkar kuburan massal yang ada di Purwodadi tapi oleh militer dibantah. Dia orang Belanda, tapi akhirnya jadi WNI," ucap Bedjo.

Menurut Bedjo, mayoritas korban yang dikuburkan di lokasi yang ia temukan tersebut adalah orang-orang yang dituding sebagai bagian dari PKI.

"Mereka kan dicap PKI. Warga sekitar. Yang dikubur di situ orang-orang dekat Purwodadi, dari Blora juga dibuang di situ," ujar dia.

Saat ini, kata dia, lokasi kuburan itu masih berupa hutan. Namun, ada juga yang sudah beralih fungsi menjadi bangunan.

"Dibangun di atas kuburan itu maksudnya untuk menghilangkan jejak," ujar dia.

"Saya minta Komnas HAM, ikut menjaga dan merawat untuk tidak merusak, terhadap oknum-oknum yang ingin menghilangkan itu," kata dia.

"Intinya YPKP desak temuan baru ditindaklanjuti untuk dirawat dan dipelihara tidak dirusak dan saksi dilindungi," ucap Bedjo.

Sementara itu, Kepala Bagian Pengaduan Komnas HAM, Rima Salim mengatakan, laporan YPKP 65 akan disampaikan ke pihak kejaksaan. Tujuannya, agar penyelidikan bisa dilakukan .

"Data yang baru akan kami sampaikan ke Jaksa Agung. Karena kami tidak bisa memanggil paksa orang. Kami hanya sebatas mememukan mencari petunjuk awal pelanggaran HAM berat," kata Rima.

Menurut dia, pengusutan kasus tersebut akan terus dilakukan. Apalagi, pemeriksaan lokasi kuburan massal sudah dilakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia.

"Sumatera Utara, Pulau Jawa hampir seluruhnya. NTT sampai Flores, lalu Bali, juga Pulau Buru. Sulawesi dan Kalimantan, jadi tim sudah melakukan pemeriksaan," tutur dia.

Berikut lokasi penemuan kuburan massal di Purwodadi tersebut:

1. Kali Gunjing kecamatan Purwodadi
2. Kali Glugu kecamatan Palu Kulon
3. Pesantren Kali Aren, Jati Pohon kecamatan Grobogan
4. Buil Jati Pohon Kamp Takhrin
5. Jembatan Bandang, Kali Rejo, Wiro Sari, Grobogan - kiri dan kanan jalan
6. Waduk Solo, Kradenan
7. Pasar Kuwu Kradenan, Kamp Tapol
8. Waduk Kangin, Kradenan
9. Sendang Tapak, Jalinan, Ngrimpi, Tawang Harjo
10. Pangkrengan Tawang Harjo, (KM 12 Purwodadi dan KM 73 Semarang) Grobogan eks Rel PJKA
11. Daplang, selokan tepi jalan raya Purwodadi-Semarang
12. Tego Wanu (Jembatan Rowo Tego Wanu)
13. Hutan Monggot, Gundu, Geyer, Grobogan
14. Kedung Jati, Grobogan
15. Hutan Sanggarahan, KPH Gundu
16. Mojo Legi kecamatan Toroh

https://nasional.kompas.com/read/2017/11/15/14241971/ypkp-65-temukan-16-lokasi-kuburan-massal-baru-korban-tragedi-1965

Terkini Lainnya

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke