"Buat teman-teman yang punya kepedulian lebih saya minta tolong untuk secepatnya di kemo (kemoterapi)," kata Ayu dalam video tersebut.
Video itu diambil dan diunggah oleh teman Ayu, Fadila Zazkia Ulfa ke akun Instagram @fadilazu, Senin (25/9/2017). Video tersebut langsung menyebar luas dan banyak mendapat perhatian serta simpati dari warganet.
Kompas.com menghubungi Ayu pada Senin malam. Meski dengan suara yang sesak akibat kesulitan bernafas, Ayu bersedia untuk menceritakan penyakit yang diidapnya itu.
Ayu mengaku sudah sejak setahun tiga bulan ini merasakan ada yang tidak beres pada payudaranya. Namun, ia baru berobat ke rumah sakit sekitar dua bulan yang lalu. Ayu awalnya berobat ke Rumah Sakit Umum Mary Cileungsi. Ia lalu dirujuk ke Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta, untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.
(Baca: Sebagai Daerah Khusus, DKI Bisa Paksa RS Swasta Gabung BPJS)
Di sana, Ayu menjalani rontgen paru, USG, tes darah hingga obat untuk menghilangkan koreng yang ada di payudaranya. Namun hingga kini, Ayu belum juga mendapatkan jadwal untuk melakukan kemoterapi.
"Di rumah sakit belum ada penanganan serius," keluh Ayu.
Di tengah jadwal kemoterapi yang belum jelas, kondisi Ayu semakin parah. Payudara Ayu yang sebelah kiri terus mengalami pembengkakan dan pendarahan. Ayu kesulitan untuk berjalan dan bernafas.
"Sakit luar biasa," kata dia.
(Baca: Kondisi Darurat, Peserta BPJS Bisa Cari RS dengan Cek Layanan Ini)
Di tengah obrolan dengan Kompas.com, napas Ayu semakin berat. Ia akhirnya menyerahkan telepon selulernya kepada sang Ibu, Desi. Desi mengaku sudah mendesak pihak dokter dan Rumah Sakit Fatmawati untuk segera menjadwalkan kemoterapi kepada anaknya. Namun pihak dokter dan rumah sakit menolak.
Ayu baru diminta kembali ke RS Fatmawati pada 17 Oktober mendatang, itu pun untuk menjalani biopsi. Sementara jadwal untuk kemoterapi masih belum jelas.
"Kata dokter enggak bisa (dipercepat). Karena yang sakit begini bukan ratusan orang. Ribuan yang kena penyakit begini," kata Desi menirukan ucapan dokter.
Padahal, menurut dokter, kemoterapi penting untuk mengecilkan kanker yang tumbuh di payudara Ayu. Kemoterapi juga harus dijalani 6 sampai 12 kali setiap bulannya. Setelah kanker mengecil, baru lah operasi pengangkatannya dilakukan.
Desi juga sudah meminta agar Ayu yang kondisinya makin buruk bisa dirawat di rumah sakit. Namun, pihak dokter merasa hal tersebut tidak diperlukan.
(Baca: BPJS Bayar Biaya Gawat Darurat Termasuk di RS yang Belum Bermitra)
"Kata dokter, kalau kanker enggak ada yang dirawat. Mau dirawat juga ngapain? Begitu-gitu juga. Mendingan di rumah. Di RS itu banyak yang menular karena tidak bagus," ujarnya.
Akhirnya, Desi bersama suami merawat Ayu dari rumah kontrakan mereka di Kampung Pabuaran Wetan, Desa Ciangsan, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Desi mengaku tak bisa mencari rumah sakit lain untuk mengobati anaknya karena tidak mempunyai biaya.
Ia harus bergantung dengan Rumah Sakit Fatmawati karena dirujuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ke rumah sakit di Jakarta Selatan tersebut.
"Kalau rumah sakit lain mungkin bisa tetapi tidak pakai BPJS," kata dia.
Desi berharap anaknya bisa mendapatkan bantuan dari rumah sakit atau pihak pemerintah agar segera menjalani kemoterapi dan operasi pengangkatan kanker.
"Harapan saya pastinya anak saya bisa sembuh, kalau terlalu lama kemonya saya khawatir sudah tidak sempat lagi, " ucap Desi lirih.
Sementara itu, RS Fatmawati masih belum bisa menanggapi kasus Ayu. Humas RS Fatmawati Wini Riesta menyatakan dirinya akan mengecek terlebih dulu ke internal rumah sakit.
"Saya akan koordinasikan terlebih dulu," ujar Wini saat dihubungi Kompas.com, Selasa (26/9/2017).
https://nasional.kompas.com/read/2017/09/26/11341701/derita-ayu-agustin-pengidap-kanker-payudara-yang-tak-kunjung-dapat