Salin Artikel

17 Agustusan di Istana, Merayakan Keberagaman

Pesan itu paling tampak terwujud dalam penggunaan pakaian khas daerah bagi para tamu dan undangan.

Presiden Joko Widodo sendiri mengenakan pakaian daerah dari Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Bajunya menyerupai jas berwarna hitam, ditambah kain songket dan tutup kepala.

Ibu Negara Iriana Jokowi tampak cantik mengenakan pakaian adat Minang berwarna merah, juga lengkap dengan tutup kepalanya.

Ketua Umum Partai Demokrat itu mengenakan pakaian daerah Palembang, Sumatera Selatan, tampak kompak dengan sang putra sulung, Agus Harimurti Yudhoyono.

Bedanya, AHY memadukan pakaian daerah Palembangnya dengan nuansa Betawi melalui beskap hitamnya.

(Baca: Warna-warni Baju Adat Ramaikan HUT ke-72 RI di Istana)

Presiden ketiga RI Bacharudin Jusuf Habibie tak kalah heboh. Disambut antusiasme masyarakat di Istana, Habibie tampak segar menggunakan pakaian daerah Bugis.

Begitu pula jajaran menteri Kabinet Kerja, pegawai Istana dan Sekretariat Negara, masyarakat umum hingga Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres). Semuanya merayakan keberagaman Indonesia di peringatan kemerdekaan ke-72 RI tersebut.

Presiden Jokowi rupanya menjadi sosok di balik simbol perayaan keberagaman ini. Ia memiliki tujuan tertentu di balik itu semua.

"Biar tahu, kita ini beragam. Karena Indonesia itu memang sangat  beragam. Inilah Indonesia," ujar Jokowi sebelum mengikuti upacara pengibaran bendera di Istana Negara.

"Kita kan  tahu, ratusan pakaian  adat yang kita punya," lanjut dia.

Jokowi kemudian menunjuk beberapa personel Paspampres yang mengelilinginya.

"Ini misalnya, Paspampres (pakai pakaian daerah) adat Melayu. Ada yang pakai Minahasa juga yang itu. Pangling kan?" ujar Jokowi lalu tertawa.

Busana terbaik

Usai mengikuti upacara pengibaran bendera, Presiden kemudian memberikan pengumuman. Ia memantau para tamu dan memilih lima di antaranya yang dinilai terbaik dalam hal penggunaan pakaian daerah.

Pemenang pertama jatuh pada Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly yang mengenakan pakaian adat Nias. Kedua, Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang yang mengenakan pakaian adat Minang.

Ketiga, Syarif salah satu asisten ajudan kepresidenan. Keempat, istri Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Tri Suswati. Terakhir, yakni Ibu Agati, salah satu pegawai Istana Kepresidenan.

(Baca: Kenakan Baju Perang Nias di Istana, Yasonna Dapat Sepeda dari Jokowi)

"Saya telah menyiapkan lima sepeda untuk Ibu dan Bapak semuanya," ujar Jokowi yang kemudian disambut sorak sorai dan tepuk tangan seisi Istana.

Tidak hanya pagi hari, usai upacara penurunan bendera pada sore hari pun ada pembagian sepeda. Namun kali ini Wakil Presiden Jusuf Kalla lah yang mengumumkannya. 

"Seperti tadi pagi, semua mendapat sepeda dari Bapak Presiden. Boleh langsung dipakai keliling-keliling," kata Wakil Presiden yang langsung disambut tepuk tangan.

Lima tamu undangan yang dipanggil Wapres Kalla untuk naik ke atas mimbar kehormatan dan membawa pulang sepeda ialah Franz Mansim yang sekaligus merupakan Kepala Suku Arfak (Papua Barat), Ratna Dewi Juwita Budiono yang tampil mengenakan pakaian adat Dayak, Yusak Rumambi dari Sulawesi Utara, Teuku Johan Marzuki dari Aceh, dan Sumahartati dari Bengkulu.


Peringatan kemerdekaan yang menyenangkan

Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang mengatakan, mendapatkan sepeda Jokowi yang selama ini sangat populer di masyarakat itu merupakan sebuah kejutan.

"Saya sendiri enggak tahu (ada penilaian busana terbaik). Jadi ya surprise saja," ujar Oesman. 

Setelah Presiden Jokowi mengumumkan bahwa dirinya menjadi salah satu tamu dengan busana adat terbaik, Oesman mengaku sempat melihat lagi balutan busana yang ia kenakan. Ia pun berkelakar.

"Ternyata memang saya lebih gagah dari yang lainnya," ujar dia sembari tertawa.

Soal busana adat, ia mengenakan busana adat khas Minang, Sumatera Barat.

(Baca: Baju Adat Terbaik, Menteri hingga Pegawai Istana Dapat Sepeda dari Jokowi)

"Karena saya kan sebagai Ketua DPD RI, boleh makai (pakaian adat) semua daerah. Cuma kebetulan sekarang lagi pakai (pakaian) Sumatera Barat. Alhamdulilah, tidak sia-sia," ujar dia.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian juga mengaku tidak menyangka Presiden Jokowi menilai busana tamu-tamu yang hadir. Tito pun menilai, kuis Presiden itu adalah bentuk kegembiraan menyambut peringatan kemerdekaan.

"Kami enggak mengharap juara. Hanya fun saja ini. Untuk merayakan, meramaikan peringatan kemerdekaan sekaligus menunjukan bahwa Indonesia memang demikian kaya," ujar Tito.

Tito mengatakan, Indonesia memang sangat kaya dalam hal ragam budaya, bahasa dan suku. Oleh sebab itu, peringatan hari kemerdekaan harus dijadikan momentum untuk mengingatkan kembali hal itu. Salah satunya dengan mengenakan pakaian khas daerah.

Franz Mansim (65) yang datang dari Manokwari, Papua Barat, menjelaskan bahwa pakaian yang saat itu ia kenakan merupakan pakaian adat suku besar pedalaman Arfak.  

(Baca: Sepeda Jokowi, Kejutan bagi Oesman Sapta, dan "Fun" ala Tito Karnavian)

Ia mengaku sangat gembira. Sebab, di saat pertama kalinya ia dapat mengunjungi Istana Kepresidenan, justru langsung berkesempatan bertemu Presiden Joko Widodo dan membawa pulang sebuah sepeda pemberian Presiden.

"Baru pertama kali berkunjung Istana dan dapat sepeda, saya senang sekali. Harapan saya, semoga tahun-tahun mendatang hari kemerdekaan ini dibuat lebih meriah lagi, lalu Bapak Presiden harus memanggil lebih banyak lagi masyarakat yang ada di pelosok-pelosok supaya mereka merasa memiliki negara. Saya sendiri merasa sudah merdeka karena Papua adalah bagian dari Republik Indonesia," ujar dia. 

Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin mengatakan, pemberian sepeda merupakan bentuk apresiasi bagi para tamu undangan yang mampu menampilkan kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa. 

"Dengan keragaman budaya itu Indonesia menjadi penuh warna, dan dengan Pancasila Indonesia kemudian dipersatukan," ujar dia. 

Berlangsung khidmat

Prosesi Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 ini dimulai dengan kirab Bendera Negara Sang Merah Putih dan Naskah Proklamasi dari Monumen Nasional menuju Istana Merdeka.

Dalam prosesi tersebut, Nilam Sukma Pawening dari Provinsi DKI Jakarta, yang pada peringatan tahun 2016 lalu bertugas sebagai pembawa bendera pada upacara di Istana Merdeka kali ini bertugas sebagai pembawa bendera dari Monumen Nasional. Naskah proklamasi turut dibawa dalam prosesi ini.

Setelahnya, sebelum upacara dimulai, tamu undangan dan masyarakat yang telah berada di lingkungan Istana Merdeka disuguhkan dengan sejumlah pertunjukan kesenian.

Tarian Jejer Kembang Menur dari Banyuwangi berhasil memukau para tamu undangan. Lagu-lagu perjuangan oleh Gita Bahana Nusantara yang turut membangkitkan semangat peserta upacara dan tamu undangan.

Tak ketinggalan, marching band dari TK Kinderfield Duren Sawit dan penampilan Ari Laso di tengah lapangan Istana Merdeka menambah riuh suasana.

Inovasi lainnya yang menyita perhatian ialah persembahan "Best National Costume" dari sejumlah provinsi yang semakin mengukuhkan Indonesia sebagai negara dengan kekayaan budaya.

Upacara pengibaran bendera di pagi hari dan penurunan bendera di sore hari sendiri berlangsung khidmat. Tim Merah dan Tim Putih Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) bertugas dengan baik dan aksinya memukau peserta upacara. 

https://nasional.kompas.com/read/2017/08/18/08093201/17-agustusan-di-istana-merayakan-keberagaman

Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke