Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ansor Banser Tak Takut Ancaman ISIS

Kompas.com - 04/07/2017, 16:36 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komandan Densus 99 Banser-Ansor Nurruzaman menyatakan, pihaknya tidak takut terhadap ancaman yang mengatasnamakan ISIS menyusul pemasangan bendera ISIS di Polsek Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (4/7/2017) subuh tadi.

“Ansor dan Banser tidak takut terhadap ancaman tersebut. Tidak ada satu pun yang perlu ditakutkan karena kami berada di jalan yang benar," kata Nurruzaman melalui keterangan pers, Selasa.

Namun begitu, lanjutnya, Banser Ansor tetap waspada. Ansor akan berkoordinasi dengan kepolisian dan mendukung langkah polisi dalam menindak pelaku teror.

(baca: Mapolsek Kebayoran Lama Dipasang Bendera ISIS oleh Orang Tidak Dikenal)

Nurruzaman menegaskan, Banser Ansor tetap konsisten menolak faham Khilafah Islamiyah atau Daulah Islamiyah.

Bagi Banser Ansor, NKRI dan Pancasila sudah final, sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi.

“Sekali lagi kami sampaikan, Banser Ansor tidak takut dengan ancaman tersebut. Bagi Ansor ini adalah risiko perjuangan mempertahankan NKRI," kata dia.

"Bagi kami, apabila kami mati dalam mempertahankan NKRI, maka kami mati dalam keadaan syahid," imbuhnya lagi.

(baca: Pelaku Pemasangan Bendera ISIS Mengendarai Motor)

Sebagai informasi, bendera ISIS dipasang oleh orang tak dikenal di pagar kantor Polsek Kebayoran Lama, pada Senin pagi.

Selain memasang bendera ISIS, pelaku juga menuliskan pesan bernada ancaman di atas kertas karton berwarna kuning ditujukan kepada Ansor dan Banser, Polisi, TNI, serta Densus.

Menurut Nurruzaman, Ansor serta Banser juga ikut dijadikan target pelaku teror sebab konsistensinya dalam menjaga kedaulatan NKRI.

“Ansor - Banser dijadikan target selain TNI, Polisi, Densus karena Ansor dan Banser lah yang sampai saat ini konsisten menjaga NKRI dan Pancasila," kata Nurruzaman.

"Bagi ISIS, yang menolak Khilafah Islamiyah atau Daulah Islamiyah adalah murtad maka wajib diperangi. Karena Ansor – Banser menolak khilafah, maka dianggap murtad atau bahasa mereka sohwat. Hukumnya wajib diperangi,” kata dia lagi.

Meski demikian, Nurruzaman mempertanyakan ancaman yang ditujukan kepada pihaknya. Sebab, jika menurut ISIS yang menolak Khilafah Islamiyah atau Daulah Islamiyah itu adalah orang murtad, maka mayoritas masyarakat Indonesia juga golongan orang murtad.

“Yang menolak khilafah adalah mayoritas masyarakat Indonesia, jadi mayoritas penduduk Indonesia murtad, kafir, dong. Bagaimana bisa begitu?” ujar Nurruzaman.

Atas dasar itu, berdasarkan dugaan Ansor, apa yang terjadi di Polsek Kebayoran Lama bukan tindakan yang dilakukan ISIS, tapi kelompok lain yang sengaja mencari momentum untuk menyerang polisi.

“Apa yang terjadi ini bukan cara-cara ISIS. Kalau ISIS, saya menduga Polseknya sudah diserang. Mungkin saja simpatisan ISIS atau juga bisa kelompok lain yang sengaja memperkeruh keadaan setelah akhir-akhir ini terjadi penyerangan kepada aparat kepolisian,” pungkas Nurruzaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com