Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Polri Belum Cermat, akibatnya Tangkap Lepas-Tangkap Lepas

Kompas.com - 19/05/2017, 16:57 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar mengkritik kinerja aparat kepolisian yang dinilainya kurang cermat dalam mengungkap perkara penyerangan Novel Baswedan.

Ketidakcermatan Polri itu tampak dari penangkapan beberapa orang yang diduga terlibat penyerangan.

Namun, belakangan Polri melepaskannya atas alasan tidak menemukan bukti yang cukup.

"Polri nampaknya belum cermat dalam mempersiapkan arah penyelidikan. Karena belum tersusun dengan cermat, lalu akibatnya coba-coba, tangkap lalu dilepas lagi. Trial and error," ujar Bambang kepada Kompas.com, Jumat (19/5/2017).

Meski demikian, ketidakcermatan itu wajar. Pertama, Polri banyak mendapat tekanan, baik dari publik hingga Presiden Joko Widodo untuk mengungkap perkara itu.

(Baca: Ada Konflik Novel vs Polri, Presiden Diminta Segera Bentuk Tim)

Kedua, tindak pidana penyerangan Novel itu boleh dibilang sempurna. Sebab, waktu dan tempat penyerangan sangat minim saksi.

 

Petunjuk di tempat kejadian perkara juga sangat minim. Akhirnya, penyelidikan Polri hanya bermodalkan pemetaan terhadap pihak-pihak yang memungkinkan melukai Novel.

"Pelakunya sudah memperhitungkan aksinya secara cermat dan mengakibatkan proses penyelidikan Polisi menjadi sulit. Ya kalau sudah begini polisi tidak bisa asal tuduh," ujar Bambang.

"Pemetaan soal kemungkinan pelaku mau tak mau harus lewat kelompok mana yang mungkin menyerang Novel. Mulai dari kelompok motif politik, ekonomi, sosial dan lain-lain," lanjut dia.

Melihat pelaku yang diduga sudah matang merencanakan aksi itu, Bambang menyarankan Polri lebih cermat dan hati-hati lagi dalam mengungkap perkara itu.

"Polri harus mengimbangi profesionalitas pelaku. Utamanya, tidak ada kejahatan yang tidak terbongkar. Polisi jangan gegabah. Pemetaan kemungkinan pelaku harus cermat. Kalau tidak seperti itu, ya akan begini-begini saja," ujar dia.

Diberitakan, Novel diserang, 11 April 2017 lalu. Ia dihampiri dua orang pria berhelm menggunakan motor.

Salah seorang di antaranya menyiramkan air keras ke wajah Novel. Novel kemudian dirawat intensif di salah satu rumah sakit di Singapura hingga saat ini.

Meski polisi sempat mengamankan seorang berinisial AL terkait kasus itu, namun polisi melepaskannya.

Bukti-bukti bahwa AL terlibat penyerangan Novel tersebut dinilai kurang cukup. Selain itu, Polri juga sempat menangkap seorang pria atas nama Miko. Namun, Polri juga melepasnya atas alasan yang sama.

(Baca: Sempat Diduga Pelaku Penyerang Novel, Polisi Pulangkan Miko)

Kompas TV Penyidik KPK, Novel Baswedan telah menjalani operasi mata di Singapura.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PP Tapera Diteken, Pendapatan Pegawai Negeri, Swasta, dan 'Freelance' Akan Dipotong 3 Persen

PP Tapera Diteken, Pendapatan Pegawai Negeri, Swasta, dan "Freelance" Akan Dipotong 3 Persen

Nasional
Buka Peluang Dukung Khofifah di Pilgub Jatim, Nasdem: Komunikasi Kami Bagus

Buka Peluang Dukung Khofifah di Pilgub Jatim, Nasdem: Komunikasi Kami Bagus

Nasional
Pilkada Serentak 2024, Keamanan Papua Jadi Perhatian Khusus

Pilkada Serentak 2024, Keamanan Papua Jadi Perhatian Khusus

Nasional
Dirut Pertamina Sampaikan 2 Strategi untuk Capai Komunitas Ekonomi ASEAN

Dirut Pertamina Sampaikan 2 Strategi untuk Capai Komunitas Ekonomi ASEAN

Nasional
Nasdem Beri Surat Rekomendasi ke 6 Kader Ikut Pilkada, Ada di Papua dan Bangka Barat

Nasdem Beri Surat Rekomendasi ke 6 Kader Ikut Pilkada, Ada di Papua dan Bangka Barat

Nasional
Wamenkeu Sebut Indonesia Mulai Berproses Jadi Anggota Penuh OECD

Wamenkeu Sebut Indonesia Mulai Berproses Jadi Anggota Penuh OECD

Nasional
Baru 19 Persen Daerah Masuk Kemarau, BMKG Ingatkan Potensi Kering dan Banjir Bandang Sekaligus

Baru 19 Persen Daerah Masuk Kemarau, BMKG Ingatkan Potensi Kering dan Banjir Bandang Sekaligus

Nasional
Menko Polhukam: Mendekati Pilkada, Eskalasi Kerawanan Sedang hingga Tinggi

Menko Polhukam: Mendekati Pilkada, Eskalasi Kerawanan Sedang hingga Tinggi

Nasional
Caleg PKS Diduga Selundupkan 70 Kg Sabu, Polisi Usut Dugaan Uang Mengalir ke Partai

Caleg PKS Diduga Selundupkan 70 Kg Sabu, Polisi Usut Dugaan Uang Mengalir ke Partai

Nasional
Kapolri dan Kejagung Diminta Jelaskan Isu Jampidsus Dibuntuti, Tak Cuma Pamer Keakraban

Kapolri dan Kejagung Diminta Jelaskan Isu Jampidsus Dibuntuti, Tak Cuma Pamer Keakraban

Nasional
Soal Densus 88 Buntuti Jampidsus, Menko Polhukam: Kapolri dan Jaksa Agung Menghadap Jokowi

Soal Densus 88 Buntuti Jampidsus, Menko Polhukam: Kapolri dan Jaksa Agung Menghadap Jokowi

Nasional
KPK Pastikan Akan Banding Putusan Sela Perkara Gazalba Saleh

KPK Pastikan Akan Banding Putusan Sela Perkara Gazalba Saleh

Nasional
Membaca Sikap Politik PDI Perjuangan

Membaca Sikap Politik PDI Perjuangan

Nasional
Bukan Anies, Nasdem Kini Utamakan Usung Kader Sendiri pada Pilkada Jakarta

Bukan Anies, Nasdem Kini Utamakan Usung Kader Sendiri pada Pilkada Jakarta

Nasional
Achsanul Qosasi Klaim Tak Kondisikan Temuan BPK di Proyek BTS 4G

Achsanul Qosasi Klaim Tak Kondisikan Temuan BPK di Proyek BTS 4G

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com