Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekjen Demokrat Anggap Wajar Curhat SBY yang Jadi Korban "Hoax"

Kompas.com - 08/05/2017, 22:05 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan menilai wajar saat Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyinggung dirinya yang menjadi korban hoax.

Saat penandatanganan petisi antihoax di Lapangan Bumigora, Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (7/5/2017), SBY mengatakan dirinya kerap menjadi sasaran hoax saat Pilkada DKI berlangsung. SBY juga meminta agar penegakan hukum terkait hoax tidak tebang pilih.

"Itu sudah jelas. Yang disampaikan di Lapangan hari Minggu kemarin itu fakta yang dialami sehingga sesuai dengan gerakan politik yang kami lakukan," ujar Hinca saat ditemui di Hotel Lombok Raya, Mataram, NTB, Senin (8/5/2017).

(Baca: Soal Kebebasan Pers, SBY Singgung Hoaks yang Menyasar Dirinya)

Apalagi, lanjut Hinca, hoax tersebar secara masif sepanjang kampanye Pilkada Jakarta berlangsung hingga sekarang. Saat ditanya apakah ucapan SBY terkait netralitas terhadap aparat penegak hukum dalam menindak hoax menandakan masih tebang pilih, Hinca menjawan sekenanya.

"Kalau sudah bentuk statement kan clear. Tak hanya kita, masyarakat kecil kita juga merasakan. Lalu dia (SBY) buatkan contoh yang diketahui publik. Ya begitu itu," papar Hinca.

Dalam sambutannya seusai menandatangani petisi antihoax bersama warga Mataram, Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lantas menyinggung hoaks yang menyasar dirinya saat Pilkada Jakarta berlangsung.

(Baca: SBY: Boleh Tidak SBY Main Twitter?)

Saat menyinggung hoaks yang menimpa dirinya, suara SBY meninggi. Ia merasa saat Pilkada Jakarta banyak mendapati pemberitaan bermuatan hoax terkait dirinya dan keluarga. Presiden keenam RI itu juga menyinggung penggerudukan rumahnya oleh sekumpulan mahasiswa tanpa mengetahui sebabnya.

"Mestinya hukum ditegakan. Bagi kami yang ingin keadilan sejati penegakan hukum tak boleh tebang pilih. Pemberantasan hoax dan fitnah tak boleh tebang pilih. Negara harus adil menegakan hukum. Polisi harus adil, semua harus adil," ujar SBY di Lapangan Bumigora, Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (7/5/2017).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com