Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelarangan Buku Tak Menjawab Kebutuhan Pendidikan Seksualitas Anak

Kompas.com - 22/02/2017, 13:49 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pemerhati pendidikan seksualitas di usia dini dari Komunitas Pasukan Jarik, Aquino Hayunta, menilai kebijakan pemerintah dengan melarang buku "Aku Berani Tidur Sendiri" tidak menjawab kebutuhan orang tua atas informasi pendidikan seksualitas di usia dini.

Menurut Aquino, hingga saat ini pemerintah belum memiliki bentuk yang jelas dalam memberikan pemahaman seksualitas terhadap anak maupun orang tua di sektor pendidikan.

"Dari dulu pemerintah tidak memperhatikan kebutuhan anak soal pendidikan seksualitas. Padahal, orang tua butuh metodologi untuk membicarakan itu dengan anak. Itu dari dulu tidak pernah ada. Masalah seperti ini selalu muncul tapi tidak ada jalan keluarnya," ujar Aquino saat dihubungi Kompas.com, Rabu (22/2/2017).

Aquino mengatakan, selama ini pembicaraan mengenai seksualitas anak selalu dihindari dan dianggap tabu. Sementara, orang tua kerap kesulitan saat menghadapi pertanyaan anak terkait seksualitas.

(Baca: Penerbit Buku "Aku Berani Tidur Sendiri" Sampaikan Permintaan Maaf)

Akibatny,a anak tidak menerima informasi yang konstruktif dan hanya menerima pelarangan tanpa alasan yang jelas. Hal tersebut, kata Aquino, justru akan mendorong anak mencari informasi dari luar yang sumbernya tidak kredibel.

Oleh sebab itu, seharusnya pemerintah mulai menyadari adanya kebutuhan orang tua dan anak terkait pendidikan seksualitas di usia dini.

"Pemerintah harus sadar bahwa pendidikan seksualitas di usia dini itu memang diperlukan," tutur Aquino.

(Baca: Puan Minta Kemendikbud Investigasi Buku "Aku Berani Tidur Sendiri")

Selain itu, Aquino juga berpendapat bahwa seharusnya pemerintah nenyediakan informasi yang konstruktif soal pendidikan seksualitas, ketimbang mengeluarkan kebijaka pelarangan buku.

Dia pun mengusulkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membentuk sebuah tim yang bertugas mengkurasi buku-buku pendidikan seksualitas layak baca. Sehingga, orang tua memiliki panduan mengenai buku-buku apa saja yang bisa menjadi rujukan dalam mengajarkan seksualitas kepada anak.

"Daripada melarang buku, sebaiknya pemerintah menyediakan informasi soal pendidikan seksualitas. Kalau perlu bentuk tim kurasi yang mengkurasi buku-buku tentang seksualitas yang patut direkomendasikan pada orang tua," kata Aquino.

(Baca: Mendikbud Akan Beri Sanksi Penerbit Buku "Aku Berani Tidur Sendiri")

Sebelumnya, Ketua KPAI Asrorun Ni'am mengatakan konten buku "Aku Berani Tidur Sendiri" tidak layak bagi anak karena mengajarkan seksualitas secara tidak tepat. Ia menilai buku itu mendorong permisifitas terhadap perilaku seks menyimpang.

Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menilai konten yang ada dalam buku itu tidak pantas dikonsumsi anak-anak meskipun tujuannya adalah untuk edukasi seksual.

"Menurut saya, sangat vulgar. Masa pendidikan seks begitu," kata dia.

Ia berpandangan, pendidikan seksual sudah cukup diberikan melalui mata pelajaran Agama mengenai hubungan suami-istri. Muhadjir pun menegaskan soal pemberian sanksi kepada pihak penerbit.

Agar peristiwa ini tak terulang, lanjut Muhadjir, pemerintah tengah membahas undang-undang tentang perbukuan. UU ini akan mengatur mengenai pengendalian dan pengawasan yang lebih ketat pada setiap buku yang akan diterbitkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com