JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia seharusnya memperkuat unit-unit siber di tubuh Polri, Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Hal itu harus dilakukan di samping pembentukan Badan Siber Nasional (Basinas).
Penguatan semua unit siber itu dinilai sangat penting untuk menangkal potensi serangan siber yang marak belakangan ini.
Termasuk serangan yang mengganggu aspek pertahanan dan keamanan nasional, serta serangan yang berpotensi merusak ketertiban umum.
"Indonesia tidak hanya rentan akan serangan siber, tetapi juga sudah punya pengalaman buruk oleh serangan intelijen asing."
Demikian dikatakan Ketua Komisi III Bambang Soesatyo melalui keterangan tertulis, Minggu (15/1/2017).
Bambang mencontohkan kejadian di mana agen rahasia Rusia berhasil menjebol pertahanan siber Amerika Serikat (AS).
Hal itu juga telah diakui oleh badan-badan intelijen AS, seperti Central Intelligence Agency (CIA) dan Federal Bureau of Investigation (FBI).
Rusia disebut mampu mengintervensi Pemilihan Presiden AS pada November 2016 lewat serangan siber.
Hal itu sekaligus diduga membantu kemenangan capres dari Partai Republik Donald Trump.
Masuk ke ancaman dalam negeri, Presiden Joko Widodo dan ibu negara serta sejumlah menteri dan pejabat tinggi negara pernah menjadi target penyadapan oleh agen rahasia Defence Signals Directorate Australia.
Selama 15 hari sepanjang Agustus 2009, intelijen Australia menyadap kegiatan Presiden RI melalui telepon genggam.
Menjelang akhir 2010, Wikileaks mengaku memiliki tak kurang dari 3.059 dokumen rahasia milik Pemerintah AS.
Informasi rahasia itu juga mencatat berbagai informasi tentang Indonesia.
Dokumen itu adalah laporan diplomatik yang dikirim Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Jakarta dan Konsulat Jenderal (Konjen) AS di Surabaya.
"Kasus serangan siber oleh agen rahasia Rusia ke AS patut dijadikan pelajaran," kata Politisi Partai Golkar itu.
"Mengingatkan pentingnya Indonesia meningkatkan kewaspadaan agar tidak menjadi target serangan siber oleh intelijen dari negara lain," tutur dia lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.