Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Harap Ini Perayaan Natal Terakhir di Seberang Istana..."

Kompas.com - 26/12/2016, 10:01 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pukul 14.00 WIB, cuaca di seberang Istana Merdeka, Jakarta, sedang panas-panasnya. Terik matahari menyengat. Bunyi klakson kendaraan yang bising dan riuh rendah suara pejalan kaki turut hadir.

Meski kondisi di seberang Istana Merdeka itu sama sekali tak layak untuk menggelar kebaktian Natal, hal tersebut tak menyurutkan niat jemaat Gereja Kristen Indonesia Yasmin Bogor dan Huria Kristen Batak Protestan Filadelfia Bekasi untuk beribadah di sana.

Berbondong-bondong, satu per satu dari mereka menyusun kursi plastik dan mengambil tempat untuk duduk. Tak lupa mereka membuka payung untuk menghalau sengatan terik matahari.

Baru 15 menit kebaktian berlangsung, langit mendadak mendung. Rintik hujan mulai turun dan lama-kelamaan berubah menjadi hujan yang cukup deras.

Namun, tak satu pun jemaat pergi meninggalkan lokasi ibadah. Doa mereka yang bersahutan dengan suara hujan justru terdengar kian keras, seolah hendak menyampaikan pesan kepada Istana Kepresidenan yang tepat berada di depan mereka.

Ini kali keenam jemaat kedua gereja melakukan kebaktian Natal di seberang Istana Merdeka. Terhitung sudah 134 kali mereka menggelar ibadah reguler di sana.

Putusan pengadilan telah memenangkan jemaat untuk bisa kembali beribadah di gereja mereka. IMB gereja mereka dinyatakan sah secara hukum.

Namun, hingga kini desakan warga yang tak menyetujui peribadatan mereka membuat Pemerintah Kota Bogor dan Kabupaten Bekasi tak mengindahkan putusan pengadilan.

Juru bicara GKI Yasmin, Bona Singgalingging, mengatakan, Presiden Joko Widodo kerap mengatakan ingin menjalankan pemerintahan sesuai konstitusi.

Konstitusi, kata Bona, menjamin hak seluruh warga negara untuk beribadah sesuai dengan agama yang dianutnya. Karena itu, ia berharap Presiden Jokowi turut andil menyelesaikan masalah ini.

"Kami harap ini perayaan Natal terakhir di seberang Istana Merdeka. Kami harap pemerintah mampu menjaga kebinekaan yang ada, apalagi kami punya dasar hukum yang sah," ujar Bona.

Kompas TV Jemaat GKI Yasmin & Filadelfia Kebaktian di Jalan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com