JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, keluarga Sultan Azianzah, penyerang polisi di Tangerang, sudah cukup lama mengetahui adanya gelagat mencurigakan.
Keluarga curiga Sultan tergabung dalam jaringan radikal yang belakangan diketahui merupakan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelamatkan Sultan dari pengaruh kelompok tersebut.
"Kakaknya pernah memberikan beberapa materi untuk menyadarkan adiknya. Banyak upaya untuk menyadarkan," ujar Boy, di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Jumat (21/10/2016).
Bahkan, kakak Sultan yang merupakan anggota polisi di Polres Metro Tangerang pernah mengadukan Sultan ke Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
Namun, tidak diketahui bagaimana tindaklanjutnya.
"Kakaknya sudah berupaya melaporkan ke BNPT, melaporkannya dua bulan lalu," kata Boy.
Boy mengatakan, Sultan telah didoktrin oleh kelompok radikal JAD.
Menurut dia, Sultan sudah dicuci otak dengan pemberian ajaran sehingga terprovokasi untuk melakukan hal-hal brutal seperti penyerangan kemarin.
"Umurnya masih 22 tahun, itu usia rentan untuk terpengaruh," kata Boy.
Perjuangan keluarga untuk menyelamatkan Sultan, lanjut Boy, sudah maksimal. Namun, pengaruh dari luar ternyata lebih kuat sehingga sulit meluruskan pemikirannya.
Menurut pengakuan keluarga, Sultan mulai bertindak misterius sejak 2013. Ia senang menyendiri dan berkomunikasi dengan orang-orang tak dikenal.
Keluarganya pun tak tahu apa kegiatan Sultan sebenarnya.
"Bilang bekerja ternyata tidak. Sering pergi dari rumah alasannya ingin ke warnet dan sebagainya," kata Boy.
Sultan sempat bekerja di perusahaan berbasis IT sebagai programmer dan pembuat website.