Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Buruh Rokok Diupah Rendah, tetapi Pengusaha Rokok Jadi Orang Terkaya"

Kompas.com - 01/10/2016, 08:40 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com — Selain petani tembakau, golongan lain yang dianggap sering dijadikan tameng untuk melindungi kepentingan industri rokok di Indonesia adalah buruh di pabrik rokok.

Ketua Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany menyatakan bahwa alasan mengedepankan nasib buruh pabrik rokok sebenarnya tidak sesuai dengan fakta. Sebab, ia menyatakan kondisi buruh pabrik rokok jauh dari kata sejahtera.

"Buruh rokok diupah rendah, tapi pengusaha rokok jadi orang terkaya," kata dia dalam seminar pengendalian tembakau dengan tema "Membongkar Hambatan Aksesi FCTC dan Mitos Rokok di Indonesia" di Bogor, Jumat (30/9/2016).

Baca juga: Petani Tembakau Dinilai Sering Dijadikan "Tameng" oleh Pengusaha Rokok

Hasbullah mengatakan, data dari Badan Pusat statisitik tahun 2013-2014 yang dimilikinya memperlihatkan bahwa buruh di industri rokok justru menjadi pekerja dengan upah terkecil dibanding buruh pada sektor industri yang setara, seperti karet, plastik, bahan makanan jadi, ataupun tekstil.

"Bisa dicek sendiri ke Temanggung, Kediri," ujar Hasbullah.

Menurut Hasbullah, bayaran yang rendah untuk buruh industri rokok disebabkan mereka sebagian besar adalah kaum perempuan yang menjadi ibu rumah tangga.

Hasbullah menyebut para buruh perempuan ini dibayar dengan upah rendah karena dianggap bukan tulang punggung utama bagi keluarganya. Situasi ini yang dinilainya membuat para buruh gampang dimanfaatkan sebagai tameng oleh para pelindung kepentingan industri rokok.

"Karena upahnya rendah, jadinya gampang disulut," kata Hasbullah.

Hasbullah menyatakan, kondisi itu diperburuk dengan mulai banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK). Penyebabnya, mulai banyaknya perusahaan rokok besar yang menggunakan mesin ketimbang tenaga manusia.

Ia mengaku pernah bertemu dengan pejabat di Kediri yang mengeluhkan banyaknya PHK yang dilakukan perusahaan rokok terbesar di daerah tersebut. Penyebabnya adalah perusahaan tersebut mulai menggunakan mesin untuk memproduksi rokok.

Hasbullah menyebut PHK di perusahaan-perusahaan rokok besar turut berpengaruh ke perusahaan-perusahan rokok kecil.

"Bisa jadi PHK di industri rokok kecil karena kalah bersaing dengan mekanisasi oleh industri besar," ucap Hasbullah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Nasional
Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta 'Rest Area' Diperbanyak

Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta "Rest Area" Diperbanyak

Nasional
Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Nasional
Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com