Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Islam Nusantara, Kedamaian di Tengah Kemajemukan

Kompas.com - 27/09/2016, 17:02 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah maraknya isu radikalisme dan munculnya kelompok-kelompok intoleran, konsep Islam Nusantara dinilai bisa menjadi alat untuk menjaga iklim toleransi di tengah masyarakat.

Sekretaris Jenderal Gerakan Pemuda (GP) Ansor Adung A. Rochman mengatakan, selama ini Nahdlatul Ulama dan Ansor berkomitmen untuk mempertahankan citra agama Islam yang toleran, damai, dan moderat.

Bagi Adung, Islam bisa memberikan rasa nyaman untuk seluruh warga negara tanpa memandang perbedaan suku dan agama, jika seluruh umat dapat mempraktikkan konsep Islam yang sudah mengakar di Indonesia, melalui konsep Islam Nusantara.

"NU dan Ansor sudah komitmen untuk mempertahankan Islam toleran, damai dan moderat yang bisa memberikan rasa nyaman buat seluruh warga negara," ujar Adung saat ditemui di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (27/9/2016).

Adung menuturkan, konsep Islam Nusantara sendiri sebenarnya hanyalah sebuah penamaan dari tradisi warga NU yang sudah dilakukan selama ini. Dia menyebut Islam Nusantara merupakan Islam yang dijalankan dengan nilai-nilai keindonesiaan.

"Islam Nusantara itu kan penamaan yang datang belakangan atas apa yang sudah kami lakukan selama ini. Sejarahnya jauh. Islam model Indonesia itulah yang namanya Islam Nusantara," kata Adung.

Jika dibandingkan dengan negara lain, menurut Adung, Indonesia dengan mayoritas masyarakat muslim terbesar di dunia, bisa memberikan rasa nyaman kepada seluruh kelompok agama lain untuk beribadah.

Dia tidak menampik bahwa memang saat ini isu radikalisme telah menjadi satu tantangan tersendiri bagi umat Islam. Namun ia percaya, jika agama Islam dijalankan dengan nilai-nilai keindonesian maka tantangan dalam kebebasan beragama bisa diatasi.

"Menurut saya level kebebasan beragama di Indonesia tidak terlalu mengkhawatirkan. Memang ada tantangan seperti radikalisme. Tapi saya melihat bahwa Indonesia negara yang sangat nyaman untuk seluruh umat beragama menjalankan aktivitas keagamaan. Hal ini berbeda dengan negara di Timur Tengah atau Afrika Utara," ungkapnya.

Dikenalkan oleh NU

Konsep Islam Nusantara digagas pertama kali sebagai tema besar saat muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur pada 1-6 Agustus 2015.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj pernah mengatakan bahwa Islam Nusantara adalah Islam yang sudah paripurna karena terbentuk dari dialog antarbudaya di berbagai peradaban besar dunia, seperti Persia, Turki, India, Cina, Siam, dan peradaban lainnya.

Pendapat tersebut pernah dia utarakan di hadapan sekitar 400 peserta International Summit Of Moderate Islamic Leaders (ISOMIL).

Menurut Said, mengacu pada pemikiran KH Hasyim Asyari, pendiri NU, Islam di Indonesia berjalin hangat dengan kebudayaan lokal.

Sementara itu, seperti dikutip dari Kompas edisi 31 Juli 2015, praksis keislaman di Nusantara sejak lama justru membawa kedamaian di tengah situasi kemajemukan masyarakatnya. NU kemudian memelopori apa yang bisa ditawarkan sebagai ortodoksi baru dalam dunia Islam.

NU menyebutnya Islam Nusantara, Islam moderat dan toleran. Islam kompatibel dengan berbagai komponen ketatanegaraan modern, seperti demokrasi.

Kemajemukan masyarakat tak menjadi penghalang bagi Islam untuk cocok dengan demokrasi dan malah menjadi faktor pemersatu entitas negara bangsa bernama Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com