Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianggap Kooperatif, Ramadhan Pohan Tidak Ditahan

Kompas.com - 21/07/2016, 07:38 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi memutuskan untuk tidak menahan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Ramadhan Pohan usai diperiksa dalam kasus penipuan, Rabu (20/7/2016). 

Menurut Kepala Bidang Humas Polda Sumut Komisaris Besar Rina Sari Ginting, mengatakan Ramadhan dinilai kooperatif saat diperiksa sehingga tidak diperlukan upaya penahanan.

"Pertimbangan penyidik bahwa tersangka tidak akan mempersulit penyidikan dan tidak akan melarikan diri," ujar Rina melalui pesan singkat, Kamis (21/7/2016).

(Baca: Politisi Partai Demokrat Ramadhan Pohan Ditangkap Polisi)

Rina mengatakan, pemeriksaan Ramadhan kemarin dianggap cukup sebagai pemeriksaan awal.

Saat ini, proses penyidikan tetap berjalan dengan pemeriksaan para saksi. Menurut Rina, Ramadhan berjanji tidak akan mengelak jika ada jadwal pemeriksaan berikutnya.

"Sewaktu-waktu dibutuhkan pemeriksaan tambahan, tersangka berjanji agar segera memenuhi," kata Rina.

Ramadhan Pohan ditetapkan sebagai tersangka kasus penipuan senilai Rp 15,3 miliar. Uang itu disebut-sebut untuk dana Ramadhan sebagai calon wali kota Medan.

Calon wali kota Medan periode 2011-2016 itu, diamankan penyidik Polda Sumut pada Senin (19/7/2016) malam di kediamannya di Jakarta.

Alasannya, dia sudah dua kali manggir panggilan penyidik sehingga sesuai prosedur harus dijemput paksa. Penangkapan ini berdasarkan laporan LHH Sianipar yang mengadu pada 13 Maret 2016 ke Polda Sumut terkait penipuan dan penggelapan yang dilakukan Ramadhan sebesar Rp 4,5 miliar.

(Baca: Ramadhan Pohan Bantah Ditangkap Polisi)

Namun penangkapan itu dibantah mantan anggota DPR itu. Menurut Ramadhan, dirinya berinisiatif memenuhi panggilan Polda Sumut, bukan dijemput paksa. 

"Tidak benar itu saya dijemput paksa. Memang ada panggilan karena ada laporannya. Karena itu, harus saya respons. Pagi ini, saya akan merespons panggilan itu, tetapi saya tidak dijemput paksa," ujar Ramadhan saat dihubungi Kompas.com.

Kompas TV Politisi Demokrat Ini Jadi Tersangka Penipuan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Nasional
Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Nasional
Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Nasional
Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Nasional
Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com