Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Dinilai Abaikan Tiga Fakta Dalam Kasus Kematian Aktivis Papua Robert Jitmau

Kompas.com - 27/05/2016, 23:24 WIB
Fabio Maria Lopes Costa

Penulis

JAYAPURA, KOMPAS.com - Kepolisian Resor Kota Jayapura dinilai telah mengabaikan tiga fakta penting dalam kasus tabrakan yang menyebabkan aktivis Pedagang Asli Papua, Robert Jitmau meninggal dunia di Jalan Baru, aerah Hamadi, Distrik Jayapura Selatan, pada 20 Mei 2016 lalu sekitar pukul 05.00 WIT.

Hal tersebut disampaikan Tim Kuasa Hukum Robert yakni David Maturbongs, Gustaf Kawer, dan Feri Marisa di Jayapura, Papua, Jumat (27/5/2016).

Turut hadir Ketua Solidaritas Pedagang Asli Papua Pendeta Dora Balubun.

David mengatakan, ketiga fakta tersebut adalah adanya perkelahian antara pelaku dengan salah satu rekan almarhum bernama Nehemia Yarinap. Perkelahian ini terjadi karena pelaku menggunakan mobil menabrak Robert.

Fakta kedua, lanjut David, polisi juga belum memeriksa salah satu rekan almarhum bernama Melianus Duwitauw yang juga mengalami luka-luka karena ditabrak mobil yang dikendarai pelaku.

"Hingga kini Melianus masih menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Dian Harapan. Ia mengalami luka yang cukup parah di bagian liver," tutur David.

Fakta ketiga adalah keberadaan Alpius Jitmau belum diketahui hingga saat ini. Padahal, ujar David, Alpius termasuk salah satu saksi yang berada di lokasi kejadian bersama almarhum.

Sementara itu, Gustaf menyatakan, pihaknya sangat menyayangkan sikap aparat kepolisian yang terlalu cepat menarik kesimpulan bahwa kematian Robert murni karena kecelakaan lalu lintas.

"Kami meminta polisi menyelidiki kasus ini secara tuntas dan transparan. Kami juga berharap Polda Papua segera mengambil alih penanganan kasus ini," ujarnya.

Sebelumnya Kapolres Kota Jayapura AKBP Jermias Rontini menyatakan, kasus kematian Robert murni kecelakaan akibat kelalaian pelaku berinisial DAS.

"Kami telah menetapkan ia sebagai tersangka. DAS lalai dalam memainkan persneling sehingga menyebabkan mobil mundur dalam kecepatan tinggi dan menabrak Robert serta Melianus yang tengah duduk di badan jalan. Saat itu mobil hanya berjarak sekitar 10 meter dengan korban," kata Jermias.

Jermias menegaskan, anggotanya di lapangan telah bertindak secara profesional dalam penyelidikan kasus ini.

"Kami siap menunjukkan bukti bahwa kasus ini murni kecelakaan lalu lintas," tambahnya.

Robery adalah salah satu aktivis yang memperjuangkan pembangunan pasar bagi pedagang Mama-Mama Papua di Kota Jayapura selama 12 tahun terakhir.

Ia pun menjabat sebagai Sekretaris Solidaritas Pedagang Asli Papua. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com