Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Manajemen Pemerintahan Berbasis Publik ala Bupati Bojonegoro

Kompas.com - 15/04/2016, 07:15 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat pertama kali Bupati Bojonegoro Suyoto membuat manajemen pemerintahan berbasis partisipasi publik, ia mendapat banyak pesan singkat pengaduan warga Bojonegoro.

Manajemen pemerintahan berbasis publik memang menjadikan laporan dan pengaduan warga untuk membahas suatu permasalahan di Bojonegoro.

Pengaduan diharapkan membuat pemerintahan daerah memahami langsung suatu masalah. Hingga kemudian, pemerintah daerah bekerja sama dengan warga untuk mencari solusi.

Namun, Suyoto kaget mengetahui amarah warganya ketika mengadukan banyak hal.

"Saya suruh mereka bicara di dialog publik supaya banyak orang dengar. Ketika dialog banyak orang marah-marah," kata Suyoto, Kamis (14/4/2016).

Kang Yoto, panggilan akrab Suyoto, menerima pengaduan warga dari berbagai sumber. Di antaranya melalui pesan singkat, radio, dan internet. Ia dapat memantau secara langsung melalui telepon genggamnya.

"Kami punya manajemen berbasis partisipasi publik. Setiap jumat kami review semua pengaduan warga," tuturnya

Keterbukaan Kang Yoto membuat warga percaya kepadanya. Kemarahan warga perlahan menghilang.

"Lama-lama orang tidak berdebat, kemudian berusaha saling memahami kesulitannya dan mencari pemecahan masalah bersama," ucap politisi PAN itu.

Untuk diketahui, Kabupaten Bojonegoro terpilih menjadi wakil Indonesia sebagai daerah percontohan pada "Open Government Partnership (OGP) Subnational Government Pilot Program" atau Percontohan Pemerintah Daerah Terbuka.

Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah percontohan mewakili Asia bersama Kota Seoul di Korea Selatan dan Tbilisi di Georgia.

(Baca: Bojonegoro Terpilih Jadi Pemerintahan Daerah Terbuka Tingkat Dunia)

Kabupaten Bojonegoro terpilih bersama 13 kota besar di dunia dari 45 kota yang mendaftar.

Kompas TV Bupati Bojonegoro Disiapkan Maju di DKI

Koarmabar) menangkap dua kapal beserta awaknya yang bertransaksi solar ilegal di perairan Tanjung Pinggir, Batam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com