Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menhan: Saya Heran kalau Konsep Bela Negara Dipertanyakan

Kompas.com - 29/03/2016, 22:18 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengungkapkan bahwa saat ini ancaman nyata yang sedang dihadapi oleh Indonesia adalah terorisme.

Sementara itu, upaya pemerintah untuk memberantas tindakan terorisme dirasa tidak cukup apabila hanya mengandalkan instrumen hukum berupa UU Anti-terorisme.

UU tersebut hanya menjadi aspek pendukung. Sementara itu, akar permasalahan, seperti penyebaran paham radikalisme, harus ditangkal melalui konsep bela negara.

"Undang-undang tidak menyelesaikan masalah. Mindset yang harus diubah. Sulit untuk mengubah mindset yang radikal," ujar Ryamizard di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (29/3/2016).

"Bela negara merupakan cara untuk mencegah radikalisme. Saya heran kalau konsep bela negara dipertanyakan," kata dia. 

Menurut Ryamizard, saat ini masih banyak anak muda yang tertarik bergabung dengan gerakan terorisme, seperti ISIS.

Umumnya, mereka tertarik dengan tawaran yang dijanjikan oleh kelompok-kelompol radikal.

"Mereka dijanjikan masuk surga, gaji besar, dan akan terlihat gagah di medan perang. Saya juga heran, masih saja ada orang-orang Indonesia yang mau ikut masuk surga dengan cara seperti itu," ucapnya.

Oleh karena itu, ia berpendapat, konsep bela negara harus diterapkan di setiap perguruan tinggi sebagai upaya mencegah semakin menyebarnya paham radikal di kalangan anak-anak muda.

Dengan konsep tersebut, generasi muda diharapkan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan mampu menangkal setiap ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.

"Aksi terorisme terbukti mampu menciptakan rasa takut di masyarakat serta mengoyak rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Ini yang harus dicegah," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com